Senin 26 Aug 2019 03:01 WIB

Bonggol Pisang Potensial untuk Terapi Kanker Payudara

Kanker payudara salah satu penyebab kematian tertinggi wanita.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Bonggol pisang (ilustrasi)
Foto: sampulpertanian.blogspot.com
Bonggol pisang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kanker payudara merupakan penyakit yang menjadi momok dan salah satu penyebab kematian tertinggi wanita. Berbagai metode telah dikembangkan, termasuk dengan mengeksplorasi bahan alam.

Hal itu turut dilakukan sejumlah mahasiswa dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka melakukan penelitian guna menemukan potensi baru dalam pengobatan kanker payudara. 

Ada Mila Hanifa, Eri Prasetyo Nugroho dan Kadek Maylena Putri Yuliawan. Mereka melakukan penelitian untuk menemukan efek antikanker yang terdapat di bonggol pisang terhadap kanker payudara.

Dari sejumlah studi-studi, bonggol pisang diketahui mengandung banyak senyawa flavonoid seperti kuersetin, kaempferol dan rutin. Mila menerangkan, kuersetin mampu menginduksi proses penuaan sel.

"Dari situ kami berusahaa meneliti lebih jauh potensi bonggol pisang sebagai agen suportif dalam membunuh sel kanker, salah satunya kanker payudara," kata Mila di Kampus UGM.

Ia menjelaskan, penelitian itu merupakan usaha memberikan solusi alternatif pengobatan kanker. Salah satu agen kemoterapi kanker payudara yang terbukti efektif doksorubisin. 

Namun, doksorubisin memiliki kelemahan berupa efek samping seperti hepatotoksik dan kardiotoksik. Utamanya, bila digunakan dalam dosis tinggi maupun jangka panjang.

Dari sana, mereka terdorong mengeksplorasi dan meneliti lebih dalam penggunaan bahan alam yang minim efek samping berupa bonggol pisang kepok. Memakai doksorubisin sebagai penginduksi penuaan sel.

Serta, lanjut Mila, Sel 4T1 sebagai model kanker payudara. Memakai sampel ekstrak etanolik bonggol pisang yang diperoleh dengan metode maserasi, didapat kuersetin dan total flavonoid 0,7 persen.

Selain itu, uji sitotoksisitas menunjukkan ekstrak etanolik bonggol pisang bersifat tidak toksik terhadap sel kanker. Namun, dari uji lain diketahui fakta-fakta lain.

Pemberian ekstrak etanolik bonggol pisang tunggal maupun kombinasi doksorubisin mampu meningkatkan persentase sel senescence. Hasil uji menunjukkan ada potensi dari ekstrak bonggol pisang.

"Untuk meningkatkan efektivitas doksorubisin, sehingga dapat dikembangkan sebagai pencegah kanker maupun sebagai suplemen dalam pengobatan kanker," ujar Mila.

Mila menyampaikan, untuk memberi kenyamanan mereka memformulasikan ekstrak etanolik bonggol pisang dalam bentuk sediaan effervescent bonggol pisang. Nacovent, kepanjangan dari banana corm effervescent.

Sediaan effervescent dipilih karena memiliki keunggulan dibandingkan sediaan lain yang beredar di pasaran. Yaitu, timbulnya sensasi rasa segar setelah dikonsumsi dan proses penyerapan dalam tubuh cepat.

Penelitian mereka lakukan melalui PKM-PE yang berhasil memperoleh dana hibah dari Kemenristekdikti. Bahkan, lolos untuk melaju dalam Pimnas 2019 di Universitas Udayana akhir Agustus mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement