REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk akan kembali melakukan aksi korporasi, dengan mengincari salah satu bank kecil. Rencana ini sudah mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham.
Direktur BCA Rudy Susanto mengatakan perusahaan tengah membidik satu bank lagi yang nantinya akan dimerger dengan Bank Royal. “Kami tetap cari satu bank kecil untuk dimerger ke Bank Royal, karena policy dari OJK kalau mau control majority harus minimal dua bank dijadikan satu,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (26/8).
Menurutnya rencana akuisisi dua bank ini sudah masuk ke dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) BCA dalam tiga tahun terakhir. Nantinya perusahaan akan fokus pada bank nonemiten.
“Nonemiten tapi tergantung kalau emiten kan kita harus delisting dan setelah beberapa saat harus listing lagi,” ucapnya.
Rudy menjelaskan proses pencarian bank kecil akan dilakukan setelah proses akusisi Bank Royal rampung. Saat ini perusahaan tengah menyelesaikan proses administrasi dan pembelian saham Bank Royal.
“Kami akan cari size yang pas dan harga yang tepat. Kedua bank yang dimerger nantinya akan menjadi bank fokus, virtual bank only,” jelasnya.
Ke depan, bank hasil merger akan ditransformasikan untuk menjalankan bisnis digital. Salah satunya menyalurkan pinjaman online.
“Kami harus punya full control. Makanya, kami punya intensi untuk ambil dua bank dari awal," ucapnya.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang ada di Bursa Efek Indonesia, terjadi penandatanganan perjanjian jual beli saham bersyarat pada 16 April 2019 oleh perseroan dan anak perusahaan terkendali yakni PT BCA Finance. Para penjual yakni PT Royalindo Investa Wijaya, Leslie Soemedi, Ibrahim Sumedi, Herman Soemedi, Nevin Soemedi dan Ko, Sugiarto. Berdasarkan perjanjian para pembeli akan membeli sebanyak 2.872.000 saham Bank Royal.
Berdasarkan perjanjian, para pembeli (BCA dan BCA Finance) akan membeli sebanyak 2,872 juta saham Bank Royal yang mewakili seluruh modal yang telah ditempatkan dan disetor para penjual dalam Bank Royal. Transaksi akuisisi ini mencapai Rp 1,007 triliun dan transaksi ini tidak termasuk dalam transaksi material.