Kamis 29 Aug 2019 19:30 WIB

LSI: Mayoritas Pendukung Jokowi Ingin KPK Terus Diperkuat

LSI menggelar survei pada 11-16 Mei.

Peneliti Senior LSI Burhanuddin Muhtadi (kedua kanan), Koordinator ICW Adnan Topan Husodo (kanan), mantan Wakil Ketua KPK periode 2007-2011 Mochammad Jasin (kiri), Sekretaris Lakpesdam PBNU Marzuki Wahid (kedua kiri), dan moderator yang juga Associate Researcher LSI Ahmad Khoirul Umam (tengah), menyampaikan paparannya dalam rilis temuan survei nasional LSI 'Efek Kinerja Pemberantasan Korupsi terhadap Dukungan pada Jokowi' di Jakarta, Kamis (29/8/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Peneliti Senior LSI Burhanuddin Muhtadi (kedua kanan), Koordinator ICW Adnan Topan Husodo (kanan), mantan Wakil Ketua KPK periode 2007-2011 Mochammad Jasin (kiri), Sekretaris Lakpesdam PBNU Marzuki Wahid (kedua kiri), dan moderator yang juga Associate Researcher LSI Ahmad Khoirul Umam (tengah), menyampaikan paparannya dalam rilis temuan survei nasional LSI 'Efek Kinerja Pemberantasan Korupsi terhadap Dukungan pada Jokowi' di Jakarta, Kamis (29/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei yang dirilis Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan mayoritas pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus diperkuat. Hal ini diketahui dari survei yang dilaksanakan LSI pada 11-16 Mei.

"Orang yang cenderung kuat mendukung KPK, itu mendukung Presiden Jokowi," kata peneliti senior LSI Burhanuddin Muhtadi dalam pemaparan hasil survei di Jakarta, Kamis (29/8).

Baca Juga

Burhanuddin mengatakan, persepsi terhadap kinerja pemberantasan korupsi memang amat terkait dengan dukungan, baik kepada Jokowi maupun partai pengusungnya. Berdasarkan survei terhadap 1.200 responden dengan wawancara tatap muka yang dilakukan 11-16 Mei 2019, diketahui 50,8 persen masyarakat merasa pemerintah sudah cukup banyak bekerja dalam memberantas praktik korupsi, sementara 10,3 persen merasa sudah sangat banyak bekerja.

Dia mengatakan, mayoritas pendukung Jokowi-Ma’ruf lebih banyak dari kelompok yang menilai pemerintah sudah banyak bekerja memberantas korupsi tersebut. Di sisi lain sisi KPK merupakan lembaga yang paling tinggi mendapat kepercayaan publik. Oleh karena itu, kata dia, Presiden harus menunjukkan keberpihakan terhadap penguatan upaya pemberantasan korupsi.

"Kalau Presiden cenderung lemah atau abai terhadap KPK, maka dukungan publik terhadap Presiden bisa merosot," jelasnya.

Dia menekankan, sekalipun Jokowi tidak dapat maju kembali sebagai presiden pada 2024, namun pemerintahan Jokowi tetap membutuhkan legitimasi dari kepercayaan publik. Menurutnya, proses seleksi calon pimpinan KPK yang berlangsung saat ini dapat menjadi momentum bagi Presiden Jokowi menunjukkan keberpihakannya pada penguatan KPK.

"Kalau misalnya Presiden salah langkah dalam menunjukkan keberpihakan dalam proses pemilihan pimpinan KPK, bukan tidak mungkin dukungan publik berbalik," ujar Burhanuddin.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement