Tank amfibi keluar dari lambung KRI Teluk Banten pada pendaratan pasukan di Pantai Banongan, Banyuwangi, Jatim. (FOTO : Kuwadi/Antara)
Penembak runduk (sniper) mengintai sasaran dari ketinggian di Pusat Latihan Tempur Marinir 5 Baluran, Situbondo, Jawa Timur. (FOTO : Antara)
Kendaraan tempur amfibi bermanuver di Pusat Latihan Tempur Marinir 5 Baluran, Situbondo, Jatim. (FOTO : Kuwadi/Antara)
Prajurit Korps Marinir sesampainya di bibir pantai pada pendaratan pasukan di Pantai Banongan, Banyuwangi, Jatim. (FOTO : Antara)
Dua prajurit Korps Marinir berada di depan kendaraan tempur amfibi di Pusat Latihan Tempur Marinir 5 Baluran, Situbondo, Jatim. (FOTO : Antara)
Prajurit Korps Marinir keluar dari kendaraan amfibi sesampainya ditumpuan Pantai Banongan, Banyuwangi, Jatim. (FOTO : Antara)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, SITU BONDO -- Skenario perang dalam Latihan Armada Jaya XXXVII tersebut mengaplikasikan peperangan modern sesungguhnya, melibatkan sekitar 8.493 personel serta kesenjataan dari unsur laut, darat, dan udara.
Pergerakan pasukan diawali dengan adanya pendudukan wilayah kedaulatan RI, kemudian TNI AL atas perintah Panglima Tertinggi mengerahkan Komando Tugas Gabungan (Kogasgab) menggelar operasi amfibi guna merebut kembali wilayah NKRI.
Latihan puncak sistem persenjataan TNI AL yang digelar berkala itu akan meningkatkan kemampuan perorangan maupun satuan sehingga dapat menjawab tantangan perubahan ke depan. ”Jalesu Bhumyamca Jayamahe", Di Laut dan Darat Kita Jaya.
sumber : Antara
Advertisement