Senin 02 Sep 2019 18:57 WIB

Cabai Merah Picu Inflasi di Lampung

Komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi yakni cabai merah 0,27 persen.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Andi Nur Aminah
Pedagang sayuran sedang menunggui lapaknya yang sepi pengunjung di Pasar Baru Bekasi, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Rabu (17/7). Menurunnya jumlah pembeli lantaran harga cabai rawit merah masih bertahan di angka Rp 80.000 per kilogram.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Pedagang sayuran sedang menunggui lapaknya yang sepi pengunjung di Pasar Baru Bekasi, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Rabu (17/7). Menurunnya jumlah pembeli lantaran harga cabai rawit merah masih bertahan di angka Rp 80.000 per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Kota Bandar lampung mengalami inflasi sebesar 0,12 persen pada Agustus 2019 dikarenakan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK). Komoditas pertanian cabai merah dan cabai rawit memberikan andil inflasi di Kota Bandar Lampung pada bulan lalu.

 

Baca Juga

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung Yeane Irmaningrum mengatakan, terjadi peningkatan IHK dari 139,38 pada Juli 2019 menjadi 139,55 pada Agustus 2019. Komoditas yang memberikan andil inflasi yakni cabai merah 0,27 persen, rokok kretek filter 0,06 persen, obat dengan resep 0,04 persen, cabai rawit 0,04 persen, kue kering berminyak 0,03 persen, rokok kretek 0,03 persen, emas perhiasan 0,03 persen, cumi-cumi 0,01 persen, cabai hijau 0,01 persen dan udang basah 0,01 persen.

 

“Tiga kelompok pengeluaran mengalami inflasi, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,72 persen, sandang 0,59 persen, kesehatan 1,0 persen,” kata Kepala BPS Lampung Yeane Irmaningrum pada ekspose Berita Resmi Statistik di Bandar Lampung, Senin ( 2/9).

 

Sebaliknya kelompok bahan makanan terjadi deflasi 0,13 persen, perumahan, air listrik, gas, bahan bakar 0,05 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,01 persen, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,15 persen.

 

Kelompok bahan makan  memberikan andil deflasi sebesar 0,05 persen. Komoditas yang dominan memicu terjadinya deflasi yakni bawang merah, jeruk, daging ayam ras, bawang putih, cung kediro, tomat sayur, telur ayam ras, kangkung, dan bayam. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memberikan andil dalam pembentukan inflasi sebesar 0,13 persen. Komoditas dominan memicu terjadi inflasi yakni rokok filter, kue kering berminyak, dan rokok kretek.

 

Yeane mengatakan bila dilihat perbandingan inflasi tahunan secara umum, menurut perhitungan inflasi tahun kalender 2019 (Januari – Agustus) terjadi inflasi sebesar 3,26 persen, menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2018 pada periode yang sama mengalami inflasi 2,53 persen. Sedangkan untuk inflasi year on year pada tahun 2019 sebesar 3,65 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yakni sebesar 3,60 persen.

 

Dari 82 kota yang diamati perkembangan harganya, 44 kota mengalami  inflasi dan 38 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Kota Kudus 0,82 persen. Sedangkan inflasi terendah berada di Madiun sebesar 0,04 persen. Sedangkan deflasi tertinggi berada di Bau-bau sebesar 2,10 persen, dan deflasi terendah terjadi di Tegal dan Palopo sebesar 0,02 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement