Selasa 03 Sep 2019 17:16 WIB

Petambak Ingatkan Pemerintah Harga Garam Terus Turun

Harga garam kualitas II dan III dihargai Rp 175 ribu per kilogram.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Petani mengangkut hasil panen garam di Desa Bontomanai, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019).
Foto: Antara/Arnas Padda
Petani mengangkut hasil panen garam di Desa Bontomanai, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga garam di sejumlah sentra terus mengalami penurunan hingga jauh di bawah ongkos produksi. Pemerintah diminta melakukan upaya jangka pendek untuk segera memperbaiki harga garam. 

Di sentra Madura, Jawa Timur harga garam kualitas I turun dari Rp 650 per kilogram (kg) menjadi Rp 550 per kg. Kualitas II dihargai Rp 450 per kg dan III hanya Rp 350 per kg.

Baca Juga

Sementara itu, harga terendah terdapat di sentra Cirebon dan Indramayu. Garam kualitas II dan III dihargai Rp 175 ribu per kg. Adapun garam kualitas I hanya dihargai Rp 200 per kg. Padahal, rata-rata biaya produksi garam secara nasional sudah mencapai Rp 850 per kg.

Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) mengatakan, harga garam dari hari ke hari cenderung turun. Belum ada tanda-tanda kenaikan harga karena permintaan masih minim. Di satu sisi, saat ini merupakan masa puncak panen garam. Padahal, mayoritas garam yang dipanen merupakan kualitas I. 

Menurut Jakfar, sekitar 1.500 petambak dari Madura, Jawa Timur akan melakukan aksi demo di Kantor Gubernur Jawa Timur di Surabaya agar melakukan upaya penyelamatan. "Panen kita bagus (produksinya). Cuma ini harga cenderung turun. Besok (Rabu, 4/9) kita akan demo," kata Jakfar kepada Republika.co.id, Rabu (3/9). 

Jakfar menuturkan, pihaknya mengetahui komitmen penyerapan garam sebanyak 1,1 juta ton oleh industri pengolahan untuk periode Juli 2019-Juni 2020. Namun, di tengah masa puncak saat ini, penyerapan justru minim dan masing-masing industri pengolahan membatasi jumlah serapan. 

Ia pun menduga, penyerapan yang dilakukan dalam jumlah kecil hanya formalitas agar diizinkan untuk mengimpor garam. "Apakah benar industri pengolahan garam bisa menyerap 1,1 juta ton? Jangan-jangan tidak bisa dan ini hanya menipu petambak," kata dia. 

Para petambak di Madura, kata dia, mulai menurunkan volume panen per hari secara perlahan akibat harga yang terlalu murah. Petambak yang memiliki tambak garam jauh dari rumah bahkan telah berhenti panen. Ini, kata dia, akan semakin masif dilakukan petambak jika tidak ada perbaikan harga. 

"Ini akibatnya ada penurunan produktivitas. Jangka pendek tolong bantu supaya ada yang menyerap garam," kata dia. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement