REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Pondok Pesantren Miftahuttholibin di Desa Timbang Kecamatan Cigandamekar, Kuningan, Jawa Barat merupakan salah satu pesantren tertua yang masih berdiri di Kabupaten Kuningan. Pesantren ini didirikan pada abad ke-18 oleh KH Mahfudz bin KH Soleh.
Kala itu, Kiai Mahfudz, mendapat titah dari gurunya seorang ulama besar Kuningan yakni KH Ahmad Shobari untuk mendirikan pesantren dan membawa serta santri-santri dari Ponpes Ciwedus yang menjadi tempat KH Mahfudz menimba ilmu pada KH Ahmad Shobari.
Kiai Mahfudz pun melaksanakan titah gurunya itu dan membuka pesantren yang lokasinya tak jauh dari pesantren Ciwedus.
“Mbah Mahfudz membawa santri-santri Mbah Shobari yang cerdas-cerdas ke sini. Awalnya hanya sebuah rumah, semacam padepokan begitu,” tutur pengasuh santri putra, Ustaz Muhammad Faiz Tantowi saat berbincang dengan Republika,co.id pada Selasa (3/9).
Santri Pesantren Miftahuttholibin pun kian hari semakin banyak. Terlebih nama Kiai Mahfudz begitu tersohor di Kuningan. Selain dikenal sebagai orang alim, Kiai Mahfudz juga dikenal sebagai ulama sakti yang menguasai ilmu kebatinan.
Konon, rambut Kiai Mahfudz yang panjang bahkan bisa mengangkat pohon pisang di sekitar pesantren. Sebab itu pula, para santri Kiai Mahfudz pun diajarkan tentang ilmu hikmah itu. Termasuk putranya yang kemudian hari meneruskan memimpin pesantren Miftahuttholibin yakni KH Abbas Mahfudz.
Saat ini pesantren Miftahuttholibin dipimpin oleh KH Abdul Manaf Abbas dan KH Mansur Abbas. Santri Ponpes Miftahuttholibin mencapai 350. Pesantren salaf ini juga mempunyai metode unik dalam mendidik santrinya agar bisa cepat membaca kitab. Yakni dengan metode Al Miftah yang diadopsi dari Ponpes Sidogiri.