REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Andy Muschietti kembali mengarahkan sekuel dari IT dengan formula yang hampir sama untuk sentuhan badut Pennywise. Kehadiran sosok itu tetap bisa dikemas menegangkan, membuat jantung dan badan tidak nyaman berada di kursi penonton.
Hanya saja, formula yang sama ini akhirnya tidak membawa kesan baru untuk penampakan menyeramkan itu. Akting Skarsgård tetap prima, Pennywise tetap sama, sehingga kesan yang menarik dan tertangkap di film pertama tidak bisa terulang di IT Chapter Two.
Kehadiran tokoh utama untuk membuat trauma Klub Pecundang tidak semenarik film pertama. Pengulangan kehadiran Pennywise tidak menjadi kesan yang kuat untuk film ini, dan justru momen-momen serta sosok lain yang bisa membantu untuk membuat suasana lebih mencekam.
"IT Chapter Two' adalah kisah Pecundang saat dewasa 27 tahun kemudian, tetapi, mereka kembali ke ingatan mereka untuk mengambil sesuatu yang sangat, sangat diperlukan. Mereka harus mengingat siapa mereka, serta ikatan mereka yang luar biasa satu sama lain, ” kata Muschietti dalam pernyataan resmi yang diterima Republika, Selasa (3/9).
Hal menarik yang cukup membuat pengemar buku karya Stephen King menajamkan mata adalah hadirnya sosok penulis dalam film ini. Bukan hanya sekelibat, dia benar-benar berperan dan membawa kesan.
Film ini pun mulai tayang di Indonesia pada 4 September 2019. Sebagai pendorong, situs penilaian Rottentomatoes memberikan 79 persen segar dari 75 ulasan kritik yang telah masuk.
Sementara, sang penulis naskah, Gary Dauberman, mencoba mengembangkan cerita kilas balik sepanjang film berdurasi 165 menit itu. Dia mengorek kembali memori masa kecil yang terlupakan dari anggota Klub Pecundang.
"Kami tidak pernah benar-benar berhenti melemparkan ide bolak-balik dan melanjutkan percakapan yang kami mulai pada film pertama, karena saya pikir kami hanya ingin terus membawa momentum ke depan," ujar Dauberman.
Untuk meringkas kisah novel setebal 1000 halaman lebih ini, Dauberman selalu melakukan konsultasi dengan pengarang Stephen King. Hasil cerita ini pun menghasilkan naskah yang menggali ketakutan versi lain dari sekedar ketakutan anak kecil pada sosok badut yang menyeramkan.