REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Indonesia Ke-3 BJ Habibie wafat pada Rabu (11/9) diusia 83 tahun. Atas kepulangan Bapak Teknologi ini, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengungkapkan bela sungkawa.
Dia mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh terbesarnya, seorang Bapak Bangsa, Bapak Teknologi dan seorang Eyang yang dicintai seluruh rakyat Indonesia, yang memberikan aspirasi kaum millenial Indonesia (generasi muda).
"Selama puluhan tahun Bapak Habibie telah mengabdikan diri kepada bangsa Indonesia dalam bidang pengembangan Iptek dan Inovasii Prof BJ Habibie adalah sosok yang sangat diidolakan," kata Nasir, Rabu (11/9).
Nasir menjelaskan, almarhum Habibie telah menginspirasi dalam berbagai hal. Mulai dari segi intelektual, jiwa kepemimpinan hingga rasa kasih sayang almarhum terhadap keluarga dan sesama manusia.
"Hampir setiap Ibu menginginkan anaknya menjadi pintar seperti Bapak Habibie," ujar dia.
Nasir juga melihat BJ Habibie sebagai sosok intelektual yang sukses membangun paradigma riset dan teknologi yang bisa membangun peradaban yang lebih maju untuk Indonesia.
Kontribusi Bapak BJ Habibie terhadap kemajuan bangsa Indonesia dinilai sangat inovatif, inspiratif dan bermakna bagi kemaslahatan bangsa. Beliau menjadikan teknologi bangsa Indonesia disegani di tingkat dunia serta terus menerus menekankan pentingnya penguasaan iptek untuk kemajuan Bangsa Indonesia.
Presiden Ketiga Republik Indonesia BJ Habibie meninggal dunia pada Rabu (11/9) pukul 18.03 WIB. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, almarhum sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD), Jalan Abdul Rachman Saleh, Senen, Jakarta Pusat.
"Bismillahirohmanirohim saudara-saudara sekalian atas nama yang maha besar kami harus dengan sangat berat mengucapkan bahwa ayah saya BJ habibie presiden ke 3 telah meninggal dunia jam 18.03," ujar Putra bungsu Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Thareq Kemal Habibie, Rabu (12/9).