Jumat 13 Sep 2019 06:41 WIB

Pakistan tak Ingin Perang dengan India

Dubes Pakistan menyatakan negaranya hanya mempertahankan diri dari agresi India.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Duta Besar Pakistan Untuk Republik Indonesia Abdul Malik Khan berkunjung ke kantor Harian Umum Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Foto: Thoudy Badai
Duta Besar Pakistan Untuk Republik Indonesia Abdul Malik Khan berkunjung ke kantor Harian Umum Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Kamis (12/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Pakistan Abdul Salik Khan menegaskan negaranya tidak ingin berperang. Salik Khan menjelaskan posisi Pakistan saat ini di kawasan hanya mempertahankan diri dari agresi India.

"Kami tidak ingin berperang kami ingin perdamaian dan kami tahu untuk mendapatkan perdamaian itu ada yang harus kami bayar," kata Salik Khan dalam kunjungannya ke kantor Republika.co.id, Kamis (12/9).

Baca Juga

Salik Khan mengatakan saat ini Pakistan memiliki banyak masalah ekonomi. Ada jutaan rakyat Pakistan yang hidup dalam kemiskinan. Karena itu, Pakistan ingin mengangkat harkat hidup jutaan rakyatnya. Namun, saat ini situasi ekonomi sedang tidak baik terutama karena ketegangan India dan Pakistan.

Ia bercerita ketika ketika Imran Khan mulai menjabat sebagai perdana menteri, ia langsung mengulurkan tangan ke India. Salik Khan menegaskan tidak ada satu pun pemimpin Pakistan mengatakan ingin berperang.  

Salik Khan mengatakan kondisi di Jammu dan Khasmir sangat mengenaskan. Pemerintah India mengerahkan begitu banyak pasukan ke negara bagian yang disengketakan itu. Sudah lebih dari satu bulan terakhir India mencabut hak otonomi khusus Kashmir yang tercantum dalam konstitusi mereka.

Sejak itu India memberlakukan jam malam, memutus saluran telekomunikasi baik jaringan telepon maupun internet, serta menutup pintu keluar dan masuk ke Kashmir. Menurut Salik Khan, saat ini Kashmir yang dikuasai India mengalami krisis kemanusiaan.

“Tidak ada interaksi dengan media, tidak ada yang datang tidak ada yang pergi, komunikasi benar-benar berhenti,” katanya.

Menurutnya, masyarakat dunia termasuk Indonesia harus ikut terlibat dalam urusan di Kashmir. Karena, kata Salik Khan, urusan Kashmir urusan antara India dan Pakistan. Maka, Kashmir bukan hanya urusan internal India.

“Mungkin Anda tidak percaya ada 1 juta tentara dan pasukan keamanan India di Jammu dan Kashmir pada saat ini ada 8 juta populasi di wilayah itu, ada 1 juta tentara India, bisa Anda bayangkan, jika memang semuanya baik-baik saja mengapa Anda atau media internasional lainnya tidak bisa masuk Jammu dan Kashmir,” kata Salik Khan.

Salik Khan menegaskan ia tahu Indonesia memiliki hubungan baik dengan India dan Pakistan. Tapi harus melihat situasi tersebut sebagai isu internasional tentang bagaimana India melakukan represi terhadap komunitas muslim. Karena represi tersebut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, Undang-undang internasional dan konstutisi India sendiri.

“Saya datang ke sini untuk memberikan pandangan kami, setidaknya Anda tahu pandangan kami, Anda dapat memeriksa kembali pandangan ini,” katanya.

Salik Khan menambahkan Pakistan ingin memberantas terorisme dan meningkatkan perekonomian mereka. Maka tidak masuk akal jika Pakistan yang memulai perang lebih dahulu.

Salik Khan menegaskan Pakistan siap untuk duduk bersama dan berunding dengan India. Tapi India tidak mau berunding. Menurutnya India sangat dominan di organisasi internasional yang berisi negara-negara Asia Selatan, South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC). Berbeda dari asosiasi negara lainnya yang menyetarakan posisi semua anggotanya. Dalam SAARC, India berperan sebagai ‘big brother’.

“Tidak seperti ASEAN, yang semuanya setara, Indonesia tidak berperan sebagai ‘big brother’,” kata Salik Khan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement