REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat bulu tangkis, Broto Happy memandang masyarakat perlu menyikapi perselisihan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan PB Djarum secara bijak. Ia menekankan audisi yang diselenggarakan PB Djarum bukan jaminan kesuksesan seorang atlet bulu tangkis.
Broto mengungkapkan, audisi pencarian bibit atlet bulu tangkis tak hanya diadakan oleh PB Djarum. Terdapat klub-klub bulu tangkis lain yang rutin mengadakan audisi. Namun kegiatan itu tak ramai terdengar karena minim publisitas. Di antaranya Jaya Raya Jakarta, Mutiara Cardinal Bandung, dan Exist Jakarta.
"Selama ini di masyarakat kesannya hanya Djarum saja karena dari sisi publisitas mereka besar. Iklan, promosi di mana-mana. Sementara klub lain audisi hanya pengumuman biasa, gemanya kurang. Hanya dari mulut ke mulut," kata Broto kepada Republika.co.id, Jumat (13/9).
Meski minim publisitas, Broto merasa kualitas audisi dari klub selain PB Djarum patut diperhitungkan. Ia menganalogikan biasanya dari sekitar lima ribu peserta audisi PB Djarum, hanya sekitar 40-50 orang yang lolos. Lalu, sisa peserta yang tak lolos bisa ikut audisi di klub bulu tangkis lain. "Mereka bisa saja dianggap bukan terbaik di satu klub, tapi bisa jadi terbaik di klub lain," ujarnya.
Broto menekankan tak ada jaminan hasil audisi suatu klub akan selalu moncer. Sebab, perkembangan atlet dipengaruhi banyak faktor, seperti kegigihan sang atlet, kualitas pelatihan, dan pengalaman bertanding.
"Tidak ada jaminan pemain sisa audisi tadi tidak akan jadi pemain bagus juga, kan perkembangan atlet dipengaruhi waktu dan latihan. Bisa saja saat audisi bibitnya bagus tapi di tengah jalan memble. Eh ada yang awalnya jelek tapi setelah dibina bisa jadi hebat," jelas Broto.
Menurut Broto, perlu waktu bertahun-tahun untuk membina atlet hingga menjadi sukses di kancah dunia. Sepanjang proses pembinaan inilah perlu kesabaran dan ketekunan baik dari si atlet, pelatih, dan klubnya. "Meski ditarik Djarum belum ada jaminan jadi pemain top. Kesempatan dia di klub lain terbuka. Umur mereka (hasil audisi) masih muda, perlu 10 tahunan untuk latihan yang sangat menentukan bagi si atlet," jelasnya.
Sebelumnya, perselisihan antara KPAI dan PB Djarum akhirnya tuntas di meja mediasi Menpora Imam Nahrawi pada Kamis (12/9). PB Djarum setuju mengubah nama audisi menjadi Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis tanpa menggunakan logo dan merek Djarum. Kemudian KPAI juga mencabut Surat KPAI tanggal 29 Juli 2019 tentang permintaan pemberhentian audisi Djarum.