Bacharuddin Jusuf Habibie merupakan putra bangsa kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936. Ia merupakan sosok negarawan yang visioner. Sebut saja visi pembangunannya, khususnya di bidang teknologi kedirgantaraan dan kemaritiman, serta sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih.
Habibie lah sang pionir yang meletakkan fondasi demokrasi bagi Indonesia yang bisa kita nikmati pada saat ini. Ia pun mendapat julukan Bapak Teknologi dan Kedirgantaraan Indonesia.
Masih segar dalam ingatan, mahakaryanya yakni Pesawat N-250 Gatot Kaca, pesawat turboprop berkapasitas 50-70 penumpang berhasil lepas landas pada tanggal 10 Agustus 1995 sebagai kado kemerdekaan 50 tahun Indonesia. Meski akhirnya proyek produksi pesawat tersebut terhenti akibat krisis moneter 1997. Namun, hasil karyanya membuka mata dunia kepada kemampuan Indonesia di bidang indutsri kedirgantaraan.
B.J. Habibie memiliki keterikatan yang sangat kuat dengan Jerman. Ia menuntut ilmu di Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, Jerman Barat, jurusan Konstruksi Pesawat Terbang pada tahun 1955. Di universitas tersebut, ia meraih gelar Doktor-Ingeniur dengan predikat summa-cumlaude.
Hampir dua puluh tahun Habibie berkarier di Jerman. Ia bahkan pernah menududuki jabatan Wakil Presiden perusahaan penerbangan Messerschmitt Bolkow-Blohm, sebelum akhirnya kembali ke Indonesia.
Baca juga: Duka Cita untuk Habibie
Seorang inspirator
Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Peter Schoof, dalam cuitan Twitter-nya menyampaikan bahwa Presiden ke-3 Republik Indonesia telah berkontribusi besar dalam terjalin eratnya hubungan bilateral antara Indonesia dan negara yang terletak di jantung Eropa tersebut.
Rasa kehilangan besar juga dirasakan oleh Stefan Dreyer, Direktur Goethe-Institut Indonesia. Kepada DW Indonesia, Dreyer juga menyebut Habibie adalah teladan bagi generasi muda Indoneisa yang memiliki impian untuk melanjutkan studi di Jerman.
"Almarhum adalah sahabat baik Jerman dan telah berkontribusi besar bagi hubungan Indonesia dan Jerman. Ia yang membangun jembatan hubungan antara kedua negara, menjadi contoh serta panutan bagi generasi muda Indonesia dan semua pencapaiannya menjadi motivasi besar bagi mereka yang ingin belajar bahasa Jerman serta melanjutkan pendidikan di Jerman," ujar Dreyer dalam pernyataan resmi tertulisnya.
"Goethe-Institut berterima kasih atas semua bantuan dan dukungan yang kami terima selama bertahun-tahun. Simpati dan belas kasih tulus kami kepada keluarga yang ditinggalkan," sambung Dreyer yang juga menjabat sebagai Direktur Regional Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru.
Kenangan berkesan
Kepada DW Indonesia Direktur Pengelola EKONID, Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman, Jan Rönnfeld, mengungkapkan Habibie merupakan orang Indonesia yang paling terkenal seantero Jerman. Hal ini dikarenakan hubungan baiknya dengan banyak institusi dan perusahaan di Jerman.
"Dia setengah orang Jerman, tinggal di Jerman bertahun-tahun, dan sangat fasih berbahasa Jerman. Tidak hanya saat kuliah dan bekerja, saat ia menjabat sebagai Menteri Negara dan Riset, dia bekerjasama dengan banyak institusi dan perusahaan Jerman," ujar Rönnfeld.
Rönnfeld mengaku mempunyai banyak kenangan berkesan dengan Presiden ke-3 Republik Indonesia tersebut. Ia sudah sering bertemu saat Habibie masih menjabat sebagai Wakil Presiden. Ia menyampaikan Habibie memiliki kepribadian dan karakter yang menyenangkan.
"Saya bertemu beliau pertama kali pada tahun 1995 di Jerman. Dia datang ke Jerman bersama Pak Soeharto. Lalu saya masih ingat ketika dia menjadi presiden dan mengunjungi sebuah eksibisi industri tahun 1999, dia datang tiga kali. Dia membawa semua kabinetnya ke eksibisi tersebut melihat pameran teknologi industri Jerman. Saya mempunyai banyak kenangan dengannya. Indonesia kehilangan sosok yang sangat baik," kata Rönnfeld.
Selain itu Rönnfeld juga memuji kepemimpinan Habibie semasa menjabat sebagai presiden. Walaupun hanya sebentar, ia menilai Habibie mampu mambawa banyak perubahan di Indonesia serta mengatasi gejolak ekonomi yang ketika itu mendera Indonesia dengan berbagai kebijakannya. Ia juga menyebut Habibie sebagai lambang kesuksesan demokrasi di Indonesia selama 20 tahun terakhir ini.
Inovatif dan pemberani
Filiana Santoso, Rektor Swiss German University, menyampaikan bawa Habibie merupakan sosok yang karismatik serta inovatif, yang sangat berjasa membawa perubahan-perubahan di bidang sains dan teknologi di Indonesia. Menurutnya, presiden ke-3 republik Indonesia tersebut telah membawa nama harum Indonesia di dunia terutama di Jerman.
"Beliau plays a keyrole dalam menjadikan knowledge transfer dari Jerman ke Indonesia. Sampai sekarang kami sebagai institusi perguruan tinggi swasta di Indonesia, kami berwawasan internasional dan banyak bekerja sama dengan universitas-universitas di Jerman. Itu tentu selalu ada sumbangsih daripada beliau semasa hidupnya. Indonesia? Profesor Habibie ya? Itu sering kita dengar dari partner-partner kita," jelas Filiana kepada DW Indonesia.
Filiana juga menyampaikan bahwa sosok Habibie dengan segala pencapaiannya berhasil menanamkan rasa pecaya diri kepada bangsa, bahwa Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara maju lain. Itu juga yang membuat Filiana termotivasi untuk terus berkontribusi sebagai akademisi di Indonesia dengan partner-partner yang berada di Jerman. "Dengan sikap dan mindset seperti itu, saya merasa justru itu harus mengikuti jejak Pak Habibie membawa segala keuntungan yang bisa dibagikan itu untuk anak-anak Indonesia."
"Beliau mau berkorban, mau naik sebagai presiden setelah kejadian 98 itu 'kan risiko yang besar. Kalau bukan orang yang pemberani dan berkorban buat bangsa itu tidak gampang. Bebannya sangat besar dan beliau berani mengambil tanggung jawab itu, dia sangat cinta sama bangsanya," pungkas Filiana.
Baca juga: BJ Habibie: Sang Visioner Romantis
Sosok teladan bangsa
Kepada DW Indonesia, Perhimpunan Alumi Jerman (PAJ) menyebut Habibie sebagai teknokrat intelektual sekaligus inspirator yang selalu memberikan motivasi untuk seluruh rakyat Indonesia. Habibie dikenal dengan karakternya yang pekerja keras dan cerdas, disiplin, berkomitmen tinggi, bertangung jawab, serta menjunjung tingi asas kejujuran. Ini menjadikannya sosok teladan tidak hanya sebagai ayah, suami, kakek, namun juga pemimpin bangsa.
Kerja sama yang telah terbina antara Indonesia dan Jerman pun harus terus dilanjutkan. "Legasi terkait industri penerbangan, Mahkamah Konstitusi, demokrasi, hubungan politik luar negeri serta legasi lainnya harus tetap berjalan,” jelas Erlinda, Humas Perhimpunan Alumni Jerman.
"Beliau selalu dukung PAJ dengan caranya sendiri,” lanjutnya.
Erlinda menjelaskan banyak momen berkesan yang dimiliki antara Habibie dengan PAJ. Habibie pun tak pernah bosan memberikan nasihat-nasihatnya kepada para alumni agar bisa memberikan kontribusi positif untuk bangsa. "Momen spesial pada saat beliau meminta agar bidang aeronotika, teknik penerbangan, dilanjutkan oleh generasi berikutnya dan bisa belajar di Jerman, sambil menunjukkan beberapa koleksi miniatur pesawat,” kenang Erlinda.
B.J Habibie menghembuskan nafas terakhirnya di ruangan Cerebro Intensive Care Unit (CICU), RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, selepas adzan Maghrib pukul 18.05 WIB, di usia 83 tahun. Ia dirawat intensif sejak 1 September 2019. Mantan Menteri Negara dan Riset periode 1978-1998 ini meninggal dikarenakan gagal jantung.
Habibie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Timur, Kamis siang. Ia dimakamkan tepat di samping makam istri tercintanya, Ainun Habibie. Bersama Ainun, Habibie dikarunia dua orang anak yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.
(Ed: yp)