REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengungkapkan ia membantu rencana pengembangan pesantren di New York dengan membuatkan desain masjid di kawasan tersebut. Menurutnya, Imam di Islamic Center of New York KH Muhammad Syamsi Ali, menjadi salah satu inspiratornya dalam mengembangkan program English for Ulama (EFU).
"Beliau (Syamsi Ali) adalah alasan saya bikin English for Ulama. Beliau mau ngembangkan pesantren di New York dan beliau meminta saya mendesainkan masjid dan kawasannya," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan usai Kajian Islami bersama KH Muhammad Syamsi Ali, di Masjid Al Muttaqin Gedung Sate, Senin (16/9).
Menurut Emil, tahun depan ditargetkan masjid tersebut bisa berdiri. Emil mengaku, KH Syamsi Ali adalah gurunya waktu ia berada di Amerika Serikat.
"Beliau (Syamsi Ali) ustaznya, ketua DKM, saya pengurus DKM juga. Kalau bidang saya dulu utak-atik majalah masjid. Bu Lia ngajar ngaji. Memorinya sangat positif," katanya.
Emil mengatakan, KH Syamsi Ali sangat luar biasa. Karena, menjadi imam besar di Islamic Center ditunjuk oleh wali kotanya. "Satu orang saja luar biasa, apalagi kalau lima, kalau 30 ulama kan," katanya.
Imam di Islamic Center of New York KH Muhammad Syamsi Ali, ia merasa bahagia dan terhormat bertemu dengan Gubernur Jabar Ridwan Kamil sebagai teman lama senasib seperjuangan di New York. Mereka berada di New York sekitar dua tahun.
"Putra beliau lahir di New York. Jadi bahagia bertemu di sini. Semoga beliau dijaga oleh Allah dan mendapat kesuksesan," katanya.
KH Syamsi Ali pun menyambut positif program English for Ulama, karena sangat sejalan dengan visinya di Amerika. Ia ingin, lebih banyak melihat ulama yang go internasional.
"Salah satu tantangan kita keterbatasan bahasa itu. Terlalu sedikit ulama kita yang bisa berbahasa Inggris. Jadi kalau ngundang ulama besar dari Indonesia hanya bertemu dengan orang Indonesia. Orang Indonesia di sana kecil (sedikit)," ujarnya.
Dengan adanya program ini, kata dia, ia ingin kalau ulama asal Indonesia ke Amerika bisa bertemu dengan masyarakat non-Indonesia. Bahkan, dengan nonmuslim sekalipun bisa berdialog menyampaikan Islam yang berkemajuan rahmatan lil alamin, berkarakter ramah.
"Itu perlu kita sampaikan. Dan ulama kita ini perlu 'dipersenjatai' dengan bahasa internasional," katanya.
KH Syamsi Ali menilai, program tersebut dampaknya akan dahsyat. Karena, Indonesia adalah negara muslim terbesar dunia. Jadi, punya potensi menyampaikan Islam yang dirindukan dunia, Islam yang ramah, bersahabat, berdialog, dan berkarakter teduh.
"Siapa lagi kalau bukan ustaznya yang harus terjun langsung ke luar negeri. Maka saya bangga sekali dengan program ini," katanya.