Rabu 18 Sep 2019 01:35 WIB

38 Sekolah akan Menerima Gawai dalam Program Digitalisasi

Anggaran yang disiapkan untuk gawai 38 sekolah tahun ini sebesar Rp 3 miliar.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Friska Yolanda
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan paparan dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan paparan dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy akan meluncurkan program digitalisasi sekolah di Kabupaten Natuna, Riau, pada Rabu (18/9). Ada 38 sekolah yang akan menerima sarana pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan gawai. Sarana ini untuk mempermudah sekolah melaksanakan program digitalisasi sekolah.

“Kami akan menggulirkan program digitalisasi sekolah. Ini sudah direncanakan dua tahun lalu dalam rangka menginstitusionalisasikan proses pembelajaran berbasis digital. Mulai dari penyiapan konten, portal atau digital platform rumah belajar. Ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) resmi dan sifatnya publik sehingga tidak berbayar,” kata Muhadjir di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta Pusat, Selasa (17/9).

Baca Juga

Sekolah yang menerima fasilitas tersebut di Kabupaten Natuna di antaranya 25 SD, sembilan SMP, tiga SMA, dan satu SMK. Jumlah peserta mencapai 1.142 siswa yang terdiri dari 508 siswa SD, 303 siswa SMP, 228 siswa SMA dan 103 siswa SMK. 

Anggaran yang disiapkan sebesar Rp 3 miliar. Anggaran itu berasal dari dana BOS Afirmasi dan BOS Kinerja.

Ini sesuai dengan visi presiden Joko Widodo (Jokowi) yang harus membangun digitalisasi sekolah ini dari paling kepulauan utara atau terpinggir. Maka dari itu, kata dia, ia memulainya dari sekolah pinggiran dan yang tertinggal agar bisa sejajar dengan yang berada di tengah. Ini juga untuk percepatan digitalisasi dan pemerataan pendidikan.

“Kami memang tidak siap, tapi harus dimulai. Jangan underestimate guru itu gagap teknologi  (gaptek). Mereka ada yang menguasai teknologi juga. Nanti program ini dikembangkan jadi guru inti yang mengajar guru-guru lain,” ucap dia.

Setelah sekolah diberi peralatan teknologi yang canggih, Sumber Daya Manusia (SDM) seperti guru harus disiapkan dengan sungguh-sungguh. Walaupun, kata dia, perlu waktu dan proses.

Alasan saat ini dipilihnya Kabupaten Natuna, Riau karena sampling saja. Artinya hanya mewakili. Ke depan, semua sekolah akan menerima fasilitas serupa.

“Dari Kemendikbud ada ruangan yang komunikatif. Ada koneksi juga dengan luar negeri. Sehingga beberapa materi seperti bahasa Inggris bisa diakses untuk di program Rumah Belajar itu. Kedepannya akan ditambahkan,” kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement