REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Musim kemarau sudah terjadi empat bulan terakhir, menyebabkan sebagian warga Kota Bandar Lampung krisis air bersih. Sumur-sumur dangkal warga mulai kering, pasokan air bersih dari PDAM dan juga air sumur bor mulai macet.
Untuk kebutuhan dapur dan MCK, warga terpaksa membeli air bersih galon isi ulang setiap hari. Bantuan air bersih dari pemerintah kota dan juga dari pihak lain sudah tidak ada lagi. “Kami terpaksa beli tiga sampai empat galon air isi ulang sehari, untuk minum dan MCK,” kata Yeni, warga Kedaung, Sukamaju, Telubetung Timur, Bandar Lampung, Rabu (18/9).
Musim kemarau yang berkepanjangan sampai September ini, membuat warga kesulitan mencari air bersih. Satu-satunya jalan dengan membeli air isi ulang menggunakan galon. Sebagian warga lain juga membeli air bersih dengan drum.
Menurut Yeni, warga Kedaung yang berjumlah 500 KK tersebut biasa mengambil air untuk minum dan MCK di Sungai Umbul Kunci. Namun, musim kemarau airnya mulai kering meskipun terdapat aliran air tapi warnanya sudah keruh dan berbau tidak sedap. “Biasanya mengandalkan air Sungai Umbuk Kunci, tapi sekarang mulai kering,” tuturnya.
Warga lainnya, selain membeli air galon untuk kebutuhan dapur, warga juga membeli air bersih untuk MCK menggunakan drum di daerah lain. Kebutuhan air bersih tidak dapat ditinggalkan, karena setiap hari diperlukan. Warga terpaksa mengeluarkan uang sehari mencapai Rp 15 ribu sampa Rp 20 ribu hanya untuk membeli air bersih.
Ali, warga Telubetung lainnya juga merasakan hal sama. Sumur-sumur bor warga, ujar dia, sudah tidak bisa disedot lagi karena kering. Biasanya, warga mengandalkan air bersih dari sumur bor dengan kedalaman 15 meter. “Sekarang ini kami perlu bantuan pemerintah daerah agar memasok air bersih sepekan dua sampai tiga kali, karena sama sekali tidak ada air,” ujarnya.