REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu (18/9) waktu setempat membatalkan kunjungannya menghadiri majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-74 di New York, Amerika Serikat. Hal ini diketahui dalam sebuah pernyataan resmi dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (19/9).
Muncul spekulasi pembatalan tersebut berkaitan dengan situasi politik di Israel yang baru saja melewati masa pemungutan suara dalam agenda pemilihan umum. Partai Likud yang dipimpin Netanyahu dilaporkan gagal meraih suara mayoritas dalam pemilu itu.
Israel mengadakan pemilihan umum kedua pada tahun ini, karena kegagalan Netanyahu membentuk pemerintahan dalam pemilu sebelumnya. Banyak kalangan berharap soal kemungkinan pemilu putaran ketiga jika krisis pembentukan pemerintahan berlanjut.
Data terakhir yang dirilis Komisi Pemilihan Umum Pusat menunjukan Blue and White memiliki 32 dari 120 kursi. Lebih banyak dibandingkan Likud yang memiliki 31 kursi. Perhitungan ini berdasarakan 63 suara dengan tingkat partisipasi 69,4 persen.
Partai Likud mengaku hasil internal mereka menunjukan partai itu mendapatkan 55 kursi. Angka itu gabungan dari sekutu ultra-nasionalis dan ortodok mereka. Jumlahnya masih kurang enam kursi yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas.
Sementara Blue and White beserta sekutunya mendapatkan 56 kursi. Partai Lieberman, Yisrael Beiteinu meraih sembilan kursi sehingga mereka menjadi kunci pada pemilu kali ini. Pemerintahan gabungan dua partai hanya pernah terjadi setelah pemilihan umum 1984. Dua pemimpin partai bergantian menjadi pemimpin negara.