Kamis 19 Sep 2019 07:01 WIB

Netanyahu Batal Hadiri Majelis Umum PBB

Muncul spekulasi pembatalan tersebut berkaitan dengan situasi politik di Israel.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Janji Netanyahu.
Foto: Republika.co.id
Janji Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu (18/9) waktu setempat membatalkan kunjungannya menghadiri majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-74 di New York, Amerika Serikat. Hal ini diketahui dalam sebuah pernyataan resmi dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (19/9).

Muncul spekulasi pembatalan tersebut berkaitan dengan situasi politik di Israel yang baru saja melewati masa pemungutan suara dalam agenda pemilihan umum. Partai Likud yang dipimpin Netanyahu dilaporkan gagal meraih suara mayoritas dalam pemilu itu.

Baca Juga

Israel mengadakan pemilihan umum kedua pada tahun ini, karena kegagalan Netanyahu membentuk pemerintahan dalam pemilu sebelumnya. Banyak kalangan berharap soal kemungkinan pemilu putaran ketiga jika krisis pembentukan pemerintahan berlanjut.

Data terakhir yang dirilis Komisi Pemilihan Umum Pusat menunjukan Blue and White memiliki 32 dari 120 kursi. Lebih banyak dibandingkan Likud yang memiliki 31 kursi. Perhitungan ini berdasarakan 63 suara dengan tingkat partisipasi 69,4 persen.

Partai Likud mengaku hasil internal mereka menunjukan partai itu mendapatkan 55 kursi. Angka itu gabungan dari sekutu ultra-nasionalis dan ortodok mereka. Jumlahnya masih kurang enam kursi yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas.

Sementara Blue and White beserta sekutunya mendapatkan 56 kursi. Partai Lieberman, Yisrael Beiteinu meraih sembilan kursi sehingga mereka menjadi kunci pada pemilu kali ini. Pemerintahan gabungan dua partai hanya pernah terjadi setelah pemilihan umum 1984. Dua pemimpin partai bergantian menjadi pemimpin negara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement