Ahad 22 Sep 2019 09:46 WIB

Bantul Target 75 Desa Tangguh Bencana pada 2023

Desa tangguh bencana sebagai upaya mempersiapkan masyarakat akan ancaman bencana.

Desa Sriharjo, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta. (ilustrasi)
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Desa Sriharjo, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menargetkan seluruh desa di wilayah ini menjadi desa tangguh bencana pada 2023. Bantul ingin masyarakat di 75 desa yang ada selalu siap menghadapi ancaman bencana.

"Jadi kalau Bantul nanti Insya Allah 75 desa akan kita bentuk destana (desa tangguh bencana) semuanya, dan sudah 31 desa, dan pada Minggu ini yang ke-32 di Desa Terong akan diresmikan Pak Bupati," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto di Bantul, Ahad (22/9).

Baca Juga

Menurut dia, pembentukan desa tangguh bencana sebagai upaya mempersiapkan masyarakat akan ancaman bencana yang berpotensi terjadi di daerah masing-masing. Ini merupakan program Bupati Bantul dan akan dibentuk secara bertahap sesuai kesiapan masyarakat dan relawan desa.

"Rencana semua desa dan, itu secara bertahap, tetapi sesuai dengan potensi ancamannya, misalnya ancaman gempa bumi, kalau yang di selatan ada tsunami, di timur kekeringan, banjir dan sebagainya. Jadi sesuai dengan potensi ancamannya," katanya.

Ia menargetkan, desa tangguh bencana di semua desa di Bantul dapat terbentuk hingga 2023 nanti. Untuk itu, Bantul akan gencar melakukan sosialisasi tentang mitigasi bencana maupun simulasi bencana dengan melibatkan masyarakat desa untuk mempersiapkan masyarakatnya.

"Setelah dibentuk itu dari Bupati memerintahkan kepada semua desa tangguh bencana ada proses pengembangan, setelah kita bentuk tahun berikutnya kita kembangkan, kita latih lagi supaya lebih mantap lagi. Target sampai 2023 selesai," katanya.

Sementara itu, Bupati Bantul Suharsono mengatakan, akan terus mendukung upaya BPBD dalam menyiapkan dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana. Dengan demikian, jika terjadi bencana masyarakat tidak panik dan mengetahui apa yang harus dilakukan.

"Misal kalau nanti terjadi bencana misalnya gempa tidak kaget, tidak panik. Makanya kita bertahap, sehingga bila terjadi bencana kita sudah siap, walaupun kita tidak meminta ada bencana. Dan untuk keadaan darurat kita siapkan anggaran untuk penangananya," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement