REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Kapten pilot senior Amrullah Hasyim mengungkapkan bahwa Kapten Pilot Dasep Ishak Sobirin yang mengawaki pesawat Twin Otter PK-CDC yang hilang kontak pada Rabu (18/9) merupakan seorang pilot senior. Ia menyatakan, Dasep sudah berpengalaman menerbangi wilayah udara Papua.
"Beliau itu termasuk pilot senior dengan jam terbang sekitar 18 ribu karena sudah lama. Beliau sempat bergabung dengan Bouraq, kemudian di Avia Star menerbangkan pesawat jenis Twin Otter DHC6-300, lalu bergabung dengan maskapai Airborne menerbangkan pesawat jenis Twin Otter DHC6-300 di daerah Kalimantan, dan terakhir bergabung dengan Carpediem sejak September 2018," kata Kapten Amrullah yang juga instruktur pesawat Twin Otter DHC6-400 milik maskapai penerbangan Carpediem Air.
Menurut Amrullah, hampir semua rute udara di wilayah pedalaman Papua telah dijelajahi oleh Dasep. Amrullah meyakini, Dasep cukup yang merupakan juniornya di Flying School Juanda Surabaya angkatan ke-5 menguasai medan di pulau yang dikenal sebagai salah satu daerah paling berbahaya bagi dunia penerbangan ini.
"Meskipun dia junior saya, tapi dari segi jam terbang dan kemampuan skill-nya sudah cukup matang,” kata Amrullah yang angkatan ke-3 Flying School Juanda.
Hingga kini, nasib Pilot Dasep bersama dua orang kru, yaitu Co-Pilot Yudha dan Ujang selaku mekanik serta seorang penumpang pesawat Twin Otter DHC6-400 PK-CDC itu belum diketahui. Posko utama SAR di Bandara Mozes Kilangin Timika pada Ahad (22/9) mengonfirmasikan telah menemukan benda-benda yang diduga serpihan pesawat Twin Otter PK-CDC tersebut di lereng pegunungan Distrik Hoeya, Kabupaten Mimika pada ketinggian 13.453 kaki atau sekitar 3.900 meter di atas permukaan laut.
Serpihan yang diduga milik pesawat Twin Otter PK-CDC itu diketahui berada pada koordinat 4 derajat 7 menit 27,11 Lintang Selatan dan 137 derajat 29 menit 18,39 Bujur Timur. Lokasi itu berjarak sekitar 44 nautical mile pada radial 58 derajat dari Timika.
Petugas memperlihatkan lokasi penemuan serpihan yang diduga pesawat Twin Otter DHC6-400 bernomor registrasi PK CDC milik PT Carpediem yang hilang kontak di Papua melalui layar saat memberikan keterangan di Mimika, Papua, Ahad (22/9/2019).
Meski begitu, Kapten Amrullah masih berharap junior dan rekan-rekannya bisa ditemukan dalam keadaan selamat.
“Harapan saya kawan-kawan saya dalam kondisi sehat, mereka mungkin belum mendapat pertolongan saja. Dengan tidak memancarnya signal peralatan ELT (Emergency Locator Transmitter), ada harapan kawan-kawan saya bisa ditemukan dalam kondisi sehat. Tapi, apapun juga kami semua harus siap menerima kenyataan,” katanya.
Sehari sebelum insiden hilang kontaknya pesawat Twin Otter PK-CDC itu, tepatnya pada Selasa (17/9), Kapten Amrullah mendampingi Pilot Dasep terbang dari Bandara Mozes Kilangin Timika menuju Ilaga, Kabupaten Puncak dengan pesawat yang sama.
“Hari Selasa pagi saya terbang dengan beliau ke Ilaga lalu kembali ke Timika dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Ternyata hari Rabu (18/9) terjadilah insiden ini sehingga saya harus kembali ke Timika pada Kamis (19/9)," ujar Amrullah.
Terkait pencarian pesawat Twin Otter PK-CDC yang hilang kontak tersebut, pada Senin pagi ini Posko utama operasi SAR di Bandara Timika mengerahkan sejumlah armada helikopter didukung dua pesawat milik TNI AU dan pesawat Twin Otter PK-CDJ milik PT Carpediem untuk persiapan mengevakuasi para korban dan serpihan pesawat di lokasi kecelakaan ke Timika jika ditemukan.
Komandan Lanud Yohanes Kapiyau Timika Letkol Penerbang Sugeng Sugiharto mengatakan, operasi SAR untuk persiapan evakuasi para korban harus dilakukan secepatnya dalam waktu paling lama dua jam lantaran kondisi cuaca di lokasi kecelakaan pesawat Twin Otter PK-CDC sangat cepat berubah karena pertumbuhan awannya cepat dan selalu tertutup awan tebal.