Senin 23 Sep 2019 09:36 WIB

Terdampak Kemarau dan Karhutla, Bekantan Merana

Yayasan Sahabat Bekantan sediakan pakan di feeding area untuk menyelamatkan bekantan.

Monyet Bekantan
Foto: Antara
Monyet Bekantan

REPUBLIKA.CO.ID, BANJIRMASIN -- Yayasan Sahabat Bekantan (SBI) Kalimantan Selatan membentuk satuan tugas darurat iklim di wilayah itu untuk menyelamatkan bekantan dari dampak kebakaran hutan dan lahan. Ketua Yayasan SBI Amalia Rezeki mengatakan, satgas darurat iklim tersebut dibentuk sebagai upaya menyelamatkan bekantan akibat kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sejak beberapa pekan terakhir.

Amalia mengatakan, kekeringan dan kabut asap karhutla telah menyelimuti Pulau Curiak dan Stasiun Riset Bekantan yang merupakan ekosistem lahan basah yang dihuni oleh satwa dilindungi tersebut. Kondisi tersebut dikhawatirkan memengaruhi kehidupan kawanan primata eksotik endemik Borneo itu.

"Sudah sekitar tiga pekan kawanan primata tersebut hampir kehilangan asa. Pohon rambai yang menjadi pakan utamanya, berangsur meranggas," katanya sebagaimana rilis dari SBI, akhir pekan lalu.

Selain itu, air sungai yang menjadi sumber minum satwa bernama latin Nasalis larvatus itu pun berasa asin akibat intrusi air laut yang masuk hingga sungai-sungai kecil di kawasan Pulau Curiak, Barito Kuala, akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Amalia mengaku sangat prihatin melihat kondisi seperti ini.

"Untuk itu, kami membentuk tim satgas darurat iklim bagi upaya penyelamatan satwa di kawasan Pulau Curiak," katanya.

Tugas satgas, menurut Rezeki usai mengikuti Kongres Primata Indonesia di Gadjah Mada University Club Hotel, Yogyakarta, selalu memantau kondisi dan keberadaan bekantan serta lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) yang berada di kawasan Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak.

Menurut dia, kabut asap karhutla mengandung partikel berbahaya bagi kesehatan tubuh, tak terkecuali satwa seperti bekantan dan lutung kelabu yang memiliki kemiripan genetik dengan manusia. Partikel berbahaya tersebut, bila dihirup terus menerus dapat mengganggu pernapasan dan merusak paru-paru, tak terkecuali bagi kawanan bekantan dan lutung kelabu.

Untuk menghindari upaya migrasi dari kawanan primata ikon kebanggaan Provinsi Kalimantan Selatan itu, tim satgas menyediakan pakan tambahan di feeding area dan bak air tawar bersih untuk memenuhi asupan kawanan bekantan dan lutung kelabu.

"Ini terpaksa kami lakukan, karena luasan kawasan Pulau Curiak yang kecil dan daya dukung pakannya semakin berkurang akibat pohon rambai sebagai sumber pakan utamanya meranggas," kata Abdan, anggota satgas yang melakukan pemantau setiap hari di kawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak.

Pengalaman membuktikan migrasi kawanan primata, khususnya bekantan, biasa berujung pada konflik dengan warga di sekitarnya. Lantaran terdesak untuk mencari sumber pakan, kawanan binatang hidung panjang khas Kalimantan tersebut masuk perkebunan warga, bahkan sampai permukiman masyarakat.

"Kondisi ini sangat rawan konflik, yang ujung-ujungnya bekantan menjadi korban, karena dianggap hama oleh sebagian masyarakat," katanya.

Ia mengatakan, peran satgas diperlukan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sekitar kawasan habitat bekantan, akan pentingnya pelestarian bekantan dan menjaga habitatnya bagi keberlanjutan ekosistem lahan basah yang harmonis.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement