REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penikmat film Indonesia yang sudah menonton 'Gundala' pasti mengenali tokoh bernama Ridwan Bahri. Karakter protagonis yang diperankan aktor Lukman Sardi itu adalah seorang yang berprofesi sebagai anggota dewan perwakilan rakyat.
Sutradara sekaligus penulis skenario 'Gundala', Joko Anwar, sengaja menghadirkan tokoh tersebut sebagai bentuk kritik terhadap anggota dewan. Karakter Ridwan seperti sebuah sentilan mengenai bagaimana pejabat legislatif seharusnya bersikap.
Aktor Lukman Sardi mengatakan Joko Anwar membebaskan dia mengeksplorasi dan mendalami karakter Ridwan. Joko membuat latar belakang profil secara mendetail, mulai dari tanggal lahir, watak dasar, sampai pekerjaan dan rekam jejak politik.
Informasi tersebut menjadi amunisi bagi Lukman untuk mengolah karakter. Saat proses reading pun, para aktor termasuk Lukman bukan sekadar membaca dan menghafal naskah. Lebih dari itu, mereka melakukan semacam simulasi.
Biasanya, Joko memberikan rekayasa situasi tertentu yang melibatkan beberapa tokoh. Para pemeran karakter tersebut lantas berinteraksi dalam situasi yang sudah dibuat, membuat pendalaman semakin kuat dengan naskah sebagai patokan dasar.
Menurut Lukman, tokoh Ridwan memang terkesan sebagai politisi baik yang membela kebenaran. Akan tetapi, menurut dia semua politisi punya kecenderungan "berdiri di atas dua kaki" alias mendukung sejumlah pihak sekaligus.
"Bagi yang melihat film 'Gundala', mungkin menganggap musuh sentralnya adalah Pengkor atau Ghazul yang misterius. Ridwan memang baik di film ini, tapi nggak tahu juga di film berikutnya," kata Lukman, belum lama ini di Jakarta.
Setelah merilis 'Gundala' yang masih tayang di bioskop hingga hari ini, Screenplay Bumilangit tengah menyiapkan sederet film lain. Beberapa di antaranya adalah 'Gundala Putra Petir', 'Virgo', dan 'Sri Asih'.