REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) melakukan terobosan merespons perkembangan yang terjadi di dunia sepak bola belakangan. Salah satunya terkait soal pembayaran dengan agen. FIFA membuat sejumlah langkah mewujudkan target tersebut.
Pertama terkait komisi untuk agen. Setiap agen akan mendapat 10 persen dari biaya total transfer.
Sekadar pembanding, beberapa bulan lalu, Juventus berhasil mendapatkan Matthijs de Ligt. Saat itu si Nyonya Tua menyerahkan dana 75 juta euro (Rp 1,16 triliun) kepada Ajax Amsterdam selaku pemilik awal bek tengah tim nasional Belanda ini. Salah satu agen yang berperan dalam bisnis ini adalah Mino Raiola.
Sebagai agen De Ligt, ia mendapat komisi 11 juta euro (Rp 170 miliar) atau sekitar 15 persen dari total transfer. Dengan adanya aturan baru, pendapatan Raiola tidak sebesar itu.
Selanjutnya pendapatan agen dari gaji pemain. Setiap agen akan mendapat tiga persen dari gaji pemain. Tentu saja pemain yang baru pindah klub berkat hasil kerjanya itu. Kemudian agen dilarang mewakili beberapa klien saat berbisnis pada waktu yang sama. Ini untuk menghindari konflik kepentingan.
"Langkah-langkah baru mengenai agen merupakan kelanjutan beberapa proposal yang sudah disetujui tahun lalu. Saat ini sedang dikembangkan pihak administrasi FIFA," demikian laporan yang dikutip dari FIFA, Kamis (26/9).
Pada musim 2018/2019, Liga Primer Inggris membayar 260 juta pound (Rp 4,5 triliun) kepada para agen. Ada peningkatan sebesar 49 juta pound (Rp 855 miliar) dibandingkan dengan musim sebelumnya. Jumlah yang sangat banyak sehingga perlu diketahui semua pihak terkait.
Perihal komisi untuk agen akan dibuat setransparan mungkin. Pembayarannya melalui FIFA Clearing House yang saat ini sedang dikembangkan. Sebuah resolusi FIFA yang efektif untuk menyelesaikan perselisihan antara agen, pemain, dan klub.