Ahad 29 Sep 2019 18:09 WIB

Ambon Tetapkan 14 Hari Status Tanggap Darurat

Kota Ambon menjadi salah satu wilayah terdampak karena gempa Magnitudo 6,5.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
Bangunan yang rusak akibat gempa bumi di wilayah Liang Ambon, Maluku, Jumat (27/9/2019).
Foto: dok. Humas BNPB
Bangunan yang rusak akibat gempa bumi di wilayah Liang Ambon, Maluku, Jumat (27/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari pascagempa terhitung sejak 26 September 2019 hingga 9 Oktober 2019. Kota Ambon menjadi salah satu wilayah terdampak karena gempa M 6,5 yang terjadi pada Kamis (26/5) lalu.

"Selama masa tanggap darurat posko Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Kota Ambon bertugas untuk mengkoordinasikan semua unsur untuk penanganan darurat di wilayah administrasinya," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo dalam keterangan resmi di Jakarta, (29/9).

Baca Juga

Agus mengatakan, gempa dengan kedalaman 10 KM mengguncang beberapa kecamatan seperti Baguala, Teluk Ambon, Sirimau, Nusaniwe dan Kota Ambon. Dia melanjutkan, data Pusdalops BPBD Provinsi Maluku per hari ini (29/9) mencatat 10 korban meninggal dunia dan 31 luka-luka.

Agus mengatakan, total korban meninggal dunia dari tiga kabupaten di Provinsi Maluku berjumlah 30 orang. Korban tertinggi di Kabupaten Maluku Tengah berjumlah 14 orang, Kota Ambon 10 dan Seram Bagian Barat (SBB) 6. 

"Sedangkan korban luka-luka, total jumlah mencapai 156 orang dengan rincian Maluku tengah 108, Kota Ambon 31 dan SBB 17," katanya.

Pascagempa juga menyebabkan warga mengungsi. Mereka yang mengungsi berjumlah 244.780 orang, dengan rincian SBB 109.661 orang, Maluku Tengah 108.000 orang dan Kota Ambon 27.119.

Sementara data kerusakan rumah masih terus dilakukan; data rumah rusak di Kota Ambon berjumlah 374 unit dengan rincian 173 rusak ringan (RR), 74 rusak sedang (RS) dan 74 rusak berat (RB). Kerusakan rumah wilayah SBB mencakup 31 RR, 163 RS dan 106 RB.

BPBD Provinsi Maluku telah mendirikan dua tenda keluarga di halaman Rumah Sakit Umum Haulussy, Kota Ambon dan RSU Tulehu, Maluku Tengah. Selain itu, pemerintah daerah setempat juga mendistribusikan terpal kepada masyarakat terdampak.

Upaya pendataan di lapangan masih terus dilakukan oleh tim reaksi cepat BPBD Provinsi Maluku. Upaya pendataan salah satunya untuk mengidentifkasi titik-titik pengungsian. Sementara ini titik konsentrasi teridentifikasi di Desa Waai seperti di wilayah Air Terjun Waai, Dusun Ujung Batu dan Batu Dua.

Sedangkan di Kota Ambon, penyintas terkonsentrasi di SMA Siliwangi, Kuburan atas SMA 9, dan SMA 9. Melihat kondisi terkini, beberapa tantangan masih dihadapi dalam penanganan darurat.

Salah satunya perlu upaya intensif untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk segera kembali ke rumah masing-masing. BNPB telah mengirimkan tim pendukung dalam manajemen posko dan dukungan logistik serta peralatan yang telah tiba di Maluku. Di sisi lain, TNI mengoperaasionalkan rumah sakit lapangan di Kampus Darussalam, Maluku Tengah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement