REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman kembali membantah keterlibatannya dalam kasus pembunuhan jurnalis The Washington Post Jamal Khashoggi. Hal itu dia tegaskan dalam wawancara eksklusif untuk program CBS “60 Minutes” yang ditayangkan pada Ahad (29/8).
Dalam wawancara tersebut, Pangeran MBS ditanya apakah dia adalah tokoh yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi. “Sama sekali tidak,” kata dia merespons pertanyaan tersebut.
Dia pun ditanya mengapa pembunuhan itu dapat terjadi tanpa sepengetahuannya. Hal itu mengingat adanya keterlibatan pejabat dan perwira senior intelijen Saudi. Dia mengatakan Saudi memiliki tiga juta pegawai pemerintah.
“Beberapa orang berpikir saya harus tahu apa yang dilakukan tiga juta orang yang bekerja untuk Pemerintah Saudi setiap hari. Tidak mungkin tiga juta (pegawai) akan mengirim laporan harian mereka kepada pemimpin atau orang tertinggi kedua di Pemerintah Saudi,” ujarnya.
Pangeran MBS menegaskan investigasi dan penyidikan terkait kasus itu masih dilakukan. “Dan sekali tuduhan terbukti terhadap seseorang, terlepas dari pangkatnya, hal itu akan dibawa ke pengadilan, tidak ada pengecualian,” ucapnya.
Menurutnya, pembunuhan terhadap Khashoggi adalah tindakan keji. “Dan saya harus mengambil semua tindakan untuk menghindari hal seperti itu di masa depan,” kata dia.
Khashoggi dibunuh dan dimutilasi di gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober tahun lalu. Pangeran MBS adalah tokoh yang kerap disebut memerintahkan pembunuhan tersebut. Tudingan kepadanya didasari atas keterlibatan Saud al-Qahtani. Al-Qahtani diketahui merupakan tangan kanan Pangeran MBS.
CIA yang turut menyelidiki kasus Khahsoggi memiliki dugaan serupa. Dalam laporannya, CIA meyakini Pangeran MBS adalah otak pembunuhan Khashoggi. Namun, Saudi telah berkali-kali membantah keterlibatan putra mahkotanya dalam kasus tersebut.
Hingga kini potongan tubuh Khashoggi belum ditemukan. Otoritas Turki menduga tubuhnya telah dilarutkan menggunakan asam florida.