REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan peletakan batu pertama atau ground breaking pembangunan kampus Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) yang berlokasi di Tangerang, Banten (4/10). Peletakan batu pertama ini menandai proses pembangunan PEPI seluas 4 hektar sebagai kampus Politeknik Enjenering Pertanian pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Amran mengatakan pendirian Kampus PEPI sejalan dengan komitmen dalam menciptakan teknologi dan inovasi pertanian. Hal ini untuk melakukan transformasi pertanian tradisional menjadi modern dan membangun sumberdaya manusia pertanian yang unggul.
"Hari ini peningkatan pertanian kita di sektor teknologi, dulu 2013 kekuatanya hanya 0,04 hours power perhektar. Tapi di tahun ini meningkat tajam 2.000 persen yakni 2,15. Kenaikan ini dahsyat setara dengan Thailand dan Vietnam dan sebentar lagi kita kejar negara-negara maju seperti Jepang, Brazil, dan negara lainnya.
Selain meningkatkan penciptakan teknologi, Amran menekankan pendirian Kampus PEPI juga untuk menarik generasi muda untuk semakin meminati atau terjun di sektor pertanian. Selama empat tahun terakhir, peminat generasi muda ke sektor pertanian naik 1.700 persen.
"Dulu yang kita butuhkan hanya 1.000 orang, yang mendaftar hanya 900 orang. Tapi hari ini yang mendaftar 17 ribu pelamar. Ini juga berdampak pada fakultas pertanian di seluruh Indonesia. Dengan melakukan gerakan masif pada mekanisasi pertanian, minat generasi muda ke perguruan tinggi naik 64 persen," ucap dia.
Amran menegaskan mimpi besar ke depannya dengan adanya Kampus PEPI adalah seluruh alat mesin pertanian modern diproduksi sendiri oleh mahasiswa. Dengan demikian, Indonesia tidak lagi menjadi operator alat mesin pertanian seperti traktor, combine harvester dan lainnya.
Mandiri di bidang pertanian
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan menindaklanjuti arahan Menteri Pertanian, pihaknya bertekad mewujudkan PEPI sebagai universitas berkelas dunia. Melalui PEPI diharapkan dapat mencetak tenaga terampil yang berkompeten di bidang mekanisasi pertanian dan menjadi solusi untuk menggairahkan generasi muda untuk berkiprah di sektor pertanian dengan cara-cara yang modern.
Oleh karena itu, Dedi menuturkan pendirian Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) yang bersinergi dengan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ini untuk memperkuat pendidikan serta pelatihan vokasi guna melahirkan sumber daya manusia terampil yang siap memasuki dunia kerja. Selain itu agar mampu menumbuhkan lebih banyak lagi wirausahawan muda.
"Dengan adanya Kampus PEPI ini juga untuk menumbuhkembangkan petani milenial untuk mensukseskan Program Pembangunan Pertanian Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045," tuturnya.
Perlu diketahui, program Studi yang diselenggarakan di Kampus PEPI saat ini yaitu Teknologi Mekanisasi Pertanian, Tata Air Pertanian, dan Teknologi Hasil Pertanian. Pada tahun 2019 ini Road Map PEPI diarahkan pada Penetapan Organisasi, Penataan SDM dan SAPRAS, serta Penerimaan Mahasiswa Baru.
Tahun 2020 akan diterapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) untuk persiapan akreditasi. Selanjutnya pada tahun 2021 akan dilaksanakan magang mahasiswa di industri, dan sertifikasi kompetensi. Ditargetkan pada tahun 2022 dilakukan akreditasi institusi dan akreditasi program studi.
Animo Mahasiswa Baru pada Tahun Akademik 2019/2020 cukup tinggi, dari 539 orang pendaftar 72 orang resmi diterima menjadi calon mahasiswa PEPI yang terdiri dari 24 orang prodi Teknologi Mekanisasi Pertanian, 24 orang prodi Tata Air Pertanian, dan 24 orang Teknologi Hasil Pertanian.
Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar menyatakan mendukung pembangunan dan perkembangan Kampus PEPI sehingga menjadi salah satu ikon perkembangan pertanian Indonesia. Sebab, kehadiran kampus ini menjawab kebutuhan Indonesia sebagai negara agraris dalam menyiapkan generasi pertanian yang memiliki skil guna memajukan pertanian.
Ahmed Zaki menambahkan keberadaan Kampus PEPI ini tentu sangat membantu pemerintah dan pelaku usaha dalam membangunan sektor pertanian. Sebab Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dan memiliki cuaca yang sangat mendukung, yakni dalam waktu 12 bulan atau satu tahun memiliki waktu yang sangat panjang untuk menanam bahkan panen berkali-kali.
"Sementara negara-negara lain yang punya empat musim harus bergelut di enam bulan yang sangat sulit ketika masuk ke musim salju atau musim panas. Jadi tidak ada alasan kalau kita tidak menjadi sentra produksi pertanian di Asia maupun International," kata dia.