REPUBLIKA.CO.ID, Puluhan orang terlihat di dasar Situ Gede, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jumat (4/10). Bukan dalam keadaan basah, lantaran Situ Gede sudah sejak beberapa bulan terakhir tak lagi terailiri air. Orang-orang itu mencari rumput ilalang di dasar situ untuk pakan ternak mereka.
Bermodalkan arit, karung, dan mobil pikap sewaan, Ade (44 tahun) bersama dua orang rekannya datang dari Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, ke Situ Gede. Mereka mencari rumput untuk pakan ternak di situ yang tak lagi ada airnya itu.
Ia mengatakan, kondisi keringnya Situ Gede memang selalu dimanfaatkan dimanfaatkan warga untuk mencari rumput. Bukan hanya dari sekitar Tasikmalaya, warga juga ada yang datang dari Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, bahkan Kecamatan Cipatujah di selatan Tasikmalaya. Pasalnya, mereka semua sudah paham, rumput ilalang selalu tumbuh saat musim kemarau di Situ Gede.
"Musim kemarau gini terus, mencari ilalang buat kambing di sini," kata dia, Jumat (4/10).
Ade mengaku biasa menghabiskan waktu tiga hari sekali datang ke Situ Gede untuk mencari rumput. Dalam jangka waktu itu, rumput sebanyak 10-20 karung dapat dikumpulkan untuk kemudian dibawa pulang ke rumahnya.
Kondisi Situ Gede, Kota Tasikmalaya, Jumat (4/10). Warga memanfaatkan keringnya air di waduk itu untuk mencari rumput ilalang.
Menurut dia, mencari rumput di Situ Gede lebih mudah dibanding di daerah dekat rumahnya. Pasalnya, rumput di sekitar rumahnya ketika musim kemarau selalu sedikit pasokannya.
Salah satu warga lainnya, Nana Suryana (50) juga mencari rumput di Situ Gede yang mengering itu. Sama seperti Ade, Nana datang secara berkelompok dari Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, bersama rekan-rekannya.
Ia menyebutkan, sudah sejak enam bulan terakhir ia datang ke Situ Gede untuk mencari rumput. Rumput-rumput itu untuk memberi makan ternaknya berupa domba di rumahnya.
"Saya punya 23 domba di rumah, jadi perlu banyak rumput. Kalau musim kering seperti ini, di Panumbangan susah rumputnya," kata dia.
Namun, lanjut dia, baru saat musim kemarau tahun ini ia mengambil rumput di Situ Gede. Menurut dia, kemarau saat ini memang paling parah karena menyebabkan Situ Gede lama mengering.
"Biasanya paling sebulan atau dua bulan saja keringnya, tapi sekarang sudah enam bulan," kata dia.
Kondisi Situ Gede, Kota Tasikmalaya, Jumat (4/10). Warga memanfaatkan keringnya air di waduk itu untuk mencari rumput ilalang.
Nana menjelaskan, ia biasa datang sekali dalam sepekan saat musim kemarau ini ke Situ Gede. Sekali jalan, bisa memakan waktu tiga hari sampai mobil pikap terisi penuh dengan rumput. Jika sudah penuh atau mendapat 20 karung, baru ia bersama temannya pulang ke rumahnya.
Menurut dia, tidak selamanya keringnya Situ Gede menjadi masalah. Bagi peternak seperti dirinya, kekeringan di Situ Gede justru membawa berkah.
"Enak ambil rumputnya juga," kata dia.
Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Tasikmalaya, Sandi Lesmana mengatakan, sejak enam bulan terakhir sudah tidak ada hujan turun di sekitar Situ Gede. Sementara sejak dua bulan terakhir, tidak ada lagi aliran air yang masuk ke Situ Gede.
Kondisi Situ Gede saat ini memang sangat memprihatinkan. Dari total luas sekitar 47 hektare, hanya sekitar 20-30 persen lahan yang masih menggenang air. Perahu-perahu yang biasa digunakan untuk membawa wisatawan pun mangkrak tak beroperasi. Sementara sisa lahannya telah penuh dengan rumput ilalang.
"Kalau alirannya memang sudah kering. Tapi ada resapan air dari hulu sedikit. Kalau dari sumbernya sudah nol debit," kata Sandi.
Ia menjelaskan Situ Gede memiliki peran penting untuk mengairi lahan pertanian di Kota Tasikmalaya. Setidaknya, ada 225 hektare lahan pertanian bergantung pada air di Situ Gede.
Warga Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, melaksanakan shalat istisqa di pinggir Situ Gede, Jumat (4/10).
Namun, saat ini hanya sekitar 20 persen lahan pertanian yang teraliri air. Itu pun hanya yang di sekitar area Situ Gede.
"Memang setiap tahun begini kondisinya. Karena kan tergantung sumber air atau dari air hujan," kata dia.
Sandi mengatakan, untuk membenahi Situ Gede, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya tak bisa berbuat banyak. Pasalnya kawasan itu merupakan kewenangan pemerintah provinsi.
Menurut dia, pihaknya hanya bisa mengusulkan cara penanganannya, salah satunya dengan menambah sumber air di hulu dan rehabilitasi bendung di atas Situ Gede. "Sudah diusulkan, kita berdoa saja cepat diurus. Karena semua mkewenangan provinsi. Kita hanya pemanfaat," kata dia.
Sebelumnya, Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman mengatakan, penataan Situ Gede menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar), lantaran aset lahan kawasan itu memang milik pemprov. Namun, dari hasil diskusi terakhir yang dilakukan, pembangunannya baru akan berjalan pada 2021.
"Tahun depan penyusunan DED (detail enginnering design)," kata dia.
Ia menambahkan, Pemkot Tasikmalaya tak mau ikut campur dalam penataan itu. Pasalnya, tak ada kewenagan untuk melakukan penataan kawasan Situ Gede yang notabene aset pemprov.
Menurut Budi, penataan Situ Gede sangat diperlukan untuk menunjang industri pariwisata di Kota Tasikmalaya. Apalagi, kawasan itu menjadi satu-satunya destinasi wisata milik pemerintan di wilayahnya yang dikenal masyarakat.
Namun, selama ini kawasan itu dikenal memiliki akses yang minim. Apagi, ketika musim kemarau air di Situ Gede ikut mengering. Alhasil, daya tarik untuk wisatawan menjadi berkurang.
"Kita dorong untuk dibenahi lah. Karena urusan penataan dan air kering juga menjadi kewenangan provinsi," kata dia.