REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada abad ke-13 M, pajak yang ditarik dari industri penyamakan kulit di kota Aleppo tercatat melebihi jumlah total pajak dari industri-industri yang lain. Menurut al-Hassan, dunia Islam di era kejayaannya telah mampu memproduksi aneka produk dari kulot seperti; garmen, sandal, sepatu dan boot, tas, kantung, wadah air, emper, saringan, instrumen musik serta banyak lagi.
al-Hassan, seorang sejarawan sains Arab pada Universitas Toronto. mengungkapkan, sebagian besar keahlian dan keterampilan membuat produk-produk kulit itu telah diklasifikasikan dalam manual para muhtasib yang mengontrol mutunya. Dalam kitab Ma'alim Al-Qurba (Tugas Muhtasib), dicontohkan, seorang muhtasib bertugas untuk memberi instruksi serta mengontrol kualitas alas kaki, dan spesifikasinya. Bahan kulit yang digunakan pun dipilih secara ketat, yakni kulit yang telah disamak dengan baik.
"Mereka akan memberi peringatan bila penyamakan kulit dilakukan secara tak sempurna. Selain itu, muhtasib juga akan menetapkan kualitas dan jenis benang hingga jarum yang akan dipakai,'' papar al-Hassan dan Hill. Tak heran, jika kulitas aneka produk kulib buatan peradaban Islam dikenal sangat berkualitas. Itu karena pembuatannya dilakukan secara profesional.
Menurut al-Hassan, salah satu produk penyamakan Arab yang paling terkenal adalah selempang kulit dari Cordoba, Andalusia. Menurut al-Hassan, popularitas selempang dari Cordoba sangat dikagumi dan dikenal di seluruh benua Eropa. Selempang itu sudah mulai diproduksi sejak abad ke-5 H atau ke-11 M. Pengrajin kulit Muslim menggunakan kulit mouflon sebagai bahan dasarnya.
Al-Hassan dan Hill mengungkapkan, mouflon adalah kulit sejenis domba berbulu dengan tanduk seperti biri-biri dan kulit seperti rusa jantan -- kini hidup di Korsika dan Sardinia. Menurutnya, orang-orang Spanyol menggunakan prosedur yang berbeda untuk membuat barang-barang kulit.
Ada yang memproses penyamakan nabati dengan menggunakan sumac dan ada pula penyamakan mineral menggunakan tawas. Saat itu, produk kulit yang sangat berharga berwarna merah tua. Prosesnya didapat dari penyamakan dengan tawas, kemudian menyelupnya dengan bahan yang berasal dari genus Kermes.
Selain itu, industri alas kaki seperti sepatu dan sandal juga merupakan industri termasyhur saat itu. Misalnya dari Kordoba, teknik-teknik khusus yang mencakup penyamakan mineral, penyamakan dengan sumac atau kombinasi keduanya, dan proses akhir menggunakan minyak. Industri itu kemudian menyebar ke Maroko.
Dari kedua kota Islam itu, rahasia kerajinan kulit itu mulai tekuak dan menyebar hingga Eropa. "Tatahan 'cordovan' dan 'morocco' yang digunakan pada sebagian barang kulit Eropa menyimbolkan alih teknologi itu. Teknik itu masih tetap dipakai hingga abad ke-19," kata al-Hassan dan Hill.