REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON— Yayasan Assunnah Cirebon menegaskan tetap memegang setia kepada NKRI dan menjunjung tinggi Pancasila. Sebab itu pula, kata Ketua Yayasan Assunnah Cirebon, Riana, santri-santri Assunah juga diajarkan tentang bela negara, pendidikan kewarganegaraan, hingga rutin melaksanakan upacara pengibaran bendera merah putih setiap Senin.
“Kami tetap setia dengan NKRI, tidak membenarkan pemberontakan, dan kami bersih terhadap hal-hal yang sifatnya radikalisme,” katanya kepada Republika.co,id di Cirebon, Senin (7/10).
Riana mengungkapkan Assunnah membuka pintu selebar-lebarnya kepada KH Said Agil Siradj dan siapapun yang ingin mengenal lebih jauh tentang Yayasan Assunnah mulai dari sejarah berdiri, tokoh-tokoh hingga sumber pendanaan.
Sebelumnya KH Said Agil Siradj mengklarifikasi kabar pendanaan radikalisme di Indonesia yang diduga berasal dari Arab Saudi. Kiai Said mengafirmasi apa yang disampaikan mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Prof Mahfudh MD, benar adanya.
Aliran dana yang berasal dari wilayah Arab Saudi mengalir ke Indonesia dengan gencar sejak 1980-an.
Tetapi Said menegaskan bahwa aliran dana tersebut bukan berasal dari pemerintah resmi Arab Saudi. Tetapi bisa jadi dari masyarakat atau donator yang barangkali tidak tahu-menahu peruntukkan kucuran dana itu untuk mendanai penyebaran Wahabisme di masjid dan sejumlah yayasan.
Kepada Republika.co.id di Jakarta, Rabu (11/9), Said mengatakan ada sekitar 1.800 masjid dan yayasan yang telah menikmati dana tersebut. Di antaranya adalah Yayasan As-Sunnah di Cirebon, Jawa Barat. “Sangat deras aliran dana dari Saudi, bukan dari pemerintah resmi,” katanya.