Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih berlangsung hingga saat ini. Sinyal perdamaian keduanya belum terlihat. Banyak perusahaan yang terkena imbasnya. Namun, Qualcomm tidak termasuk ke dalamnya.
CEO Qualcomm, Steve Mollenkopf menegaskan bahwa perusahaannya baik-baik saja dan tidak terimas perang dagang. Kerja samanya dengan perusahaan China tetap berjalan dengan baik.
“Saya pikir tidak perlu dikatakan lagi bahwa kami menghabiskan banyak waktu untuk membantu dan mendukung penyebaran 5G di sana (China). Jadi kami ingin memastikan itu terjadi. Kegiatan-kegiatan itu benar-benar tidak terpengaruh oleh perang dagang,” kata Steve, melansir dari Asia Times (7/10/2019).
Baca Juga: Daftar Hitam Amerika Tak Halangi Bisnis Musuh Trump dan Qualcomm, Tapi . . . .
Kendati demikian, larangan ekspor pada Huawei berdampak pada pendapatan Qualcomm.
"Sebagai akibat dari larangan ekspor, Huawei mengalihkan fokus mereka untuk membangun pangsa pasar di pasar domestik Tiongkok, di mana kami tidak melihat manfaat yang sesuai dalam pendapatan produk atau lisensi," katanya.
Tak ketinggalan, Steve juga menekankan pentingnya pasar China bagi Qualcomm, melihat semakin banyaknya produsen ponsel di negara tersebut. Ini adalah waktu yang sangat penting bagi kedua negara, dan yang lebih penting, untuk peluncuran 5G di seluruh dunia.
Baca Juga: Intel, Qualcomm dkk Stop Pasok Komponen, Gimana Nasib Huawei?
“Kami bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa kami terus mendukung peluncuran teknologi itu, terlepas dari perang dagang, dan tugas kami adalah memastikan bahwa kami dapat melanjutkan kemitraan yang kami miliki bahkan selama masa sulit, dan berharap hal-hal itu selamat dari perang dagang, apapun yang terjadi di sana,” ucap CEO perusahaan yang berbasis di San Diego tersebut.
Klien Qualcomm di China, di antaranya adalah Vivo, OPPO, Xiaomi, ZTE, OnePlus, dan Huawei.