REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyambut positif pembicaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai isu kelapa sawit. Dalam kunjungan Rutte ke Istana Bogor, Senin (7/10) hari ini, Jokowi memang menyinggung mengenai pembatasan produk turunan sawit yang disepakati oleh Uni Eropa. Jokowi pun mengapresiasi dukungan Belanda dalam hal pengembangan industri sawit oleh petani skala kecil.
Dalam pernyataannya kepada media, Rutte mengaku bahwa isu sawit antara Indonesia dengan parlemen Uni Eropa ini terbilang kompleks. Namun menurutnya, Indonesia bersama Belanda bisa bersama-sama mengubah isu yang kompleks dan sensitif ini menjadi peluang kerja sama.
"Kami berupaya untuk mengubah situasi kompleks ini menjadi peluang. Seperti yang tadi MoU baru saja ditandatangani. Dan MoU tersebut akan fokus pada pengembangan kapasitas petani skala kecil," jelas Rutte.
Dalam momentum pertemuan antara Jokowi dan Rutte ini, kedua negara memantapkan lagi kerja sama dan kesepemahaman terkait isu sawit. Hal ini menindaklanjuti MoU yang sudah diteken antara Menteri Luar Negeri Indonesia dan Belanda di sela Sidang Majelis Umum ke-74 di New York pada 27 September 2019 lalu. MoU yang diteken bertajuk 'Joint Production on Sustainble Palm Oil'.
"Saya sampaikan kembali, concern Indonesia untuk kebijakan UE terhadap kelapa sawit," ujar Jokowi saat memberikan keterangan pers usai bersama PM Belanda usai pertemuan.
Seperti diketahui, Uni Eropa melakukan pembatasan penggunaan produk turunan CPO sebagai bahan baku biodiesel atau biofuel. Bahkan Parlemen Uni Eropa telah menyetujui rencana phase out biodiesel berbahan minyak sawit mentah mulai 2021.
Kebijakan pembatasan penggunaan CPO untuk bahan baku biodiesel di negara-negara anggota Uni Eropa ini tertuang dalam perubahan regulasi Renewable Energy Directive (RED).