Senin 07 Oct 2019 23:53 WIB

Mengenal Metode Klasifikasi Hadis dan Karya Sang Imam

Imam Muslim dikenal sebagai tokoh terbaik kedua dalam metode penyusunan hadis.

Penulisan hadis (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com/a
Penulisan hadis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Muslim punya hubungan istimewa dengan Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al Mughirah al Ja'fari, yang dikenal dengan Imam Bukhari.

Hubungan keduanya adalah guru dan murid. Prof Dr Muhammad Mustafa Azami menyebutkan, ketika Imam Bukhari berkunjung ke Nisapuri, Imam Muslim aktif mengikuti ceramahnya. Dan, selanjutnya, Imam Muslim senantiasa mengunjungi gurunya itu.

Baca Juga

Bahkan, dalam satu riwayat disebutkan, Imam Muslim datang menemui Imam Bukhari, lalu sungkem, mencium dahinya, dan mengatakan, ''Izinkan saya bersujud mencium kakimu, wahai tokoh muhadditsin (ahli hadis).''

Karena pengakuan atas ketokohan Imam Bukhari itu, Imam Muslim banyak terpengaruh olehnya terutama pada metodologi penulisan hadis. Kemudian, Imam Muslim dikenal sebagai tokoh terbaik kedua dalam masalah metode penyusunan hadis (sanad, matan, kritik, dan seleksinya) setelah Imam Bukhari.

Kalau Imam Bukhari menelurkan karya besar bernama al Jami' al-Shahih, yang populer dengan Shahih Al-Bukhari, Imam Muslim memiliki al-Jami' as-Shahih yang dikenal dengan Shahih Muslim. Kedua kitab itu menerapkan metode jami', yaitu penyusunan hadis-hadis dari seluruh topik dalam agama, seperti akidah, hukum, adab, dan tafsir.

Selain metode jami', Imam Muslim juga menggunakan metode musnad, seperti termaktub dalam karyanya al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadis). Metode ini didasarkan pada urutan nama sahabat Nabi Muhammad Saw yang meriwayatkan hadis. Jenis klasifikasi hadis semacam ini tidak berdasarkan bab, seperti bab shalat, zakat, dan haji.

Imam Muslim melakukan klasifikasi hadis-hadis sahih berdasarkan prinsip-prinsip ilmu jarh wa ta'dil, yakni suatu ilmu untuk menilai cacat tidaknya suatu hadis. Di samping juga menggunakan sighat al-tahammul (metode-metode penerimaan riwayat), seperti haddatsany (menyampaikan kepada saya), haddatsana (menyampaikan kepada kami), akhbarany (mengabarkan kepada saya), akhabarana (mengabarkan kepada kami), dan qaala (ia berkata).

Dalam kitab Shahih Muslim, terdapat sekitar 10 ribu hadis, yang sebagian besar diulang-ulang. Menurut para peneliti hadis, jika tidak diulang, dalam Shahih Muslim hanya terdapat sekitar 3.030 hadis.

Keistimewaan kitab Shahih Muslim ini terletak pada sistematikanya. Bila mayoritas ulama menempatkannya kitab hadis karya Imam Muslim ini berada satu tingkat di bawah kitab Shahih Bukhari, ulama di Khurasan dan Maghribi lebih mengutamakan kitab Shahih Muslim daripada Shahih Bukhari. Menurut mereka, sistematika penulisan hadis oleh Imam Muslim lebih baik daripada Bukhari sehingga memudahkan siapa saja yang mencari hadis di dalamnya.

 

Karya sang imam

Imam Muslim telah menghasilkan sejumlah karya yang cukup penting bagi perkembangan ilmu hadis di seluruh dunia. Karya-karya tersebut, di antaranya Al-Jami' as-Shahih (Shahih Muslim), Al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadis), kitab al-Asma' wa al-Kuna, kitab al-'Ilal, kitab al-Aqran, kitab as-Su'alatihi Ahmad bin Hambal, kitab al-Intifa' bi Uhubis-Siba', kitab al-Muhadramin, kitab man Laisa lahu illa Rawin Wahid, kitab Auladis-Sahabah, dan kitab Awham al-Muhadditsin. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement