Selasa 08 Oct 2019 05:06 WIB

Jay Kim: Islam tak Seperti yang Digambarkan Media Barat

Islam dilihatnya sebagai energi yang memotivasi dan menginspirasi kehidupan.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Islam/ilustrasi
Foto: islamcan.com
Islam/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam dilihatnya sebagai energi yang memotivasi dan menginspirasi kehidupan. Propaganda mendiskreditkan Islam sangat membekas di ha ti banyak masyarakat dunia. Lewat siaran dan pemberitaan media massa yang hanya mengangkat sisi negatif Muslim, banyak orang gagal mengenal wajah Islam yang sesungguhnya.

Mereka hanya memahami Islam sebagai ISIS, terorisme, pengeboman Gedung WTC Amerika Serikat pada 11 September (9/11), radikalisme, kebodohan, dan segala atribut negatif yang kerap didengungkan media Barat yang tendensius dalam memberitakan Islam.

Artis Korea Selatan Kim Jae Han (Jay Kim/28 tahun), adalah salah satu orang yang memandang Islam sedemikian negatif. Pada masa saat ketenarannya mulai tumbuh, sekitar 2015, dia tak pernah bergaul dengan Muslim di Negeri Ginseng tersebut.

Namun, jalan hidupnya menakdirkan hal berbeda. Pada 2017 dia diundang untuk konser di Jakarta dan Kuala Lumpur. Di sana, pemuda ini bertatap muka langsung dengan jutaan penggemarnya yang kebanyakan adalah Muslim milenial.

Hatinya begitu takjub. Tak dinyana, para penggemar yang sangat antusias dengan kemahiran Jay Kim adalah Muslim. Mereka tak seperti yang digambarkan media massa. Sikap dan tutur kata mereka santun. Mereka membaur dalam kehidupan sosial yang saling bersinergi.

Mereka menikmati alunan musik yang indah didengar. Kehidupan mereka sungguh terbuka, jauh dari gambaran media massa Barat yang selama ini sangat tendensius menggambarkan Islam.

Sejak itu, konstruksi pemikirannya tentang Islam runtuh seketika. Dia membangun pemahaman baru tentang Islam yang penuh kesantunan. Islam dilihatnya sebagai energi yang memotivasi dan menginspirasi kehidupan.

Setelah konser, dia melihat, Indonesia merupakan negara yang damai. Keragaman budaya di sana sangat unik karena masyarakatnya yang berbeda keyakinan dapat hidup bersama. Ditambah lagi, makanan di sana begitu menggoyang lidahnya, seperti nasi goreng, bakso, soto, dan satai.

Dia juga menemukan keindahan Islam di Tunisia, negeri yang menjadi titik temu Islam, Barat, dan budaya Afrika. Sama halnya dengan Indonesia, mayoritas penduduk disana beragama Islam. Dia melihat masyarakat di sana sangat baik, ramah, dan memiliki rasa saling tolong menolong yang tinggi.

Banyak pemuda di sana tertarik dengan budaya Korea. Pandangan ne gatif tentang Islam semakin runtuh. Setelah datang ke kedua negara ter sebut, dia me mutuskan untuk mem pelajari ten tang Islam. Jaehan mulai mempelajari agama Islam melalui buku anak-anak.

Kemudian, dia mulai membaca Alquran dengan terjemahan Korea karena belum memahami bahasa Arab. Banyak hal yang membuatnya terpesona setelah mempelajari Islam, terutama setelah membaca Alquran. Kalam Ilahi berisikan pesan-pesan kedamaian yang sungguh menyentuh hati.

Setelah mempelajari beberapa hal mengenai Islam, dia tidak terlalu terburu-buru untuk bersyahadat. Jaehan menemui sejumlah Muslim untuk bertukar pikiran seputar Islam. Di antara yang dia temui adalah imam masjid, mualaf korea yang kini menjadi ustaz, dan sahabat dari negara lain yang telah lama menganut Islam.

Dia mulai mempelajari mengenai kebiasaan dan kewajiban sebagai seorang Muslim. Jaehan pernah mewawan carai mualaf Kim Eun Soo atau Karam Kim yang kisahnya juga pernah dimuat Republika untuk mendapatkan pemahaman apa yang harus dilakukan ketika menjadi mualaf dan pentingnya bersyahadat.

Dia juga mempelajari bagaimana Muslim beradaptasi dengan budaya Korea yang sudah mengakar, seperti minum-minuman alkohol dan makan daging babi. Jaehan bersyukur, dia tidak terlalu suka dengan tradisi itu. Karena itu, bukan hal yang sulit untuk menjauhi hal yang haram tersebut.

Orang yang juga diajak berdiskusi tentang Islam adalah ibunya, wanita yang melahirkan dan membesarkan Jaehan. Sang ibu sempat melihat konten Youtube Jaehan yang berbeda, berisikan konten tentang Islam. Sang ibu belum pernah ber interaksi dengan Islam.

Keluarga mereka selama ini hidup dalam tradisi Katolik. Kakek dan nenek mereka menganut Buddha. Praktis, Islam adalah agama yang baru mereka kenal. Mulanya, sang ibu mengkha watirkan Islam akan mengarah kepada radikalisme.

Tapi, setelah menyaksikan konten Youtube anaknya yang berisikan penjelasan tentang Islam, dia meyakini bahwa itu adalah agama yang benar. Dia pun mempersilakan Jaehan untuk memeluk Islam. Setelah itu, barulah dia memutuskan untuk bersyahadat belum lama ini. Karena hatinya sudah meyakini bahwa Islam adalah pandangan hidupnya.

Jaehan kemudian berkunjung ke masjid untuk pertama kalinya. "Sangat indah, seseorang menyapa saya dan menjelaskan tentang Islam saat tiba di Masjid Itaewon. Saya berkunjung bersama teman Muslim, Dina, dan saya melaksanakan shalat untuk pertama kalinya di masjid.

"Saya sangat gugup, tetapi merasa damai dan menyembuhkan pikiran saya meski saya belum mengetahui shalat yang benar," jelas dia. Usai melaksanakan shalat, dia merasakan sesuatu yang spesial dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Dia mulai memahami substansi Islam sebagai agama yang damai.

Itaewon memang menjadi pusat Muslim di Korea Selatan, sehingga tak aneh banyak restoran halal di wilayah tersebut. Jaehan pun mencoba untuk mencari makanan halal setelah melaksanakan shalat berjamaah di masjid.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement