Rabu 09 Oct 2019 14:08 WIB

Kabut Asap di Palembang Kembali Pekat

Kabut asap di Palembang kembali pekat pada Rabu pagi dan sore.

Seorang siswa bersama orang tuanya mengenakan masker saat menunggu angkutan umum, di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (23/9/2019).
Foto: Antara/Mushaful Imam
Seorang siswa bersama orang tuanya mengenakan masker saat menunggu angkutan umum, di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (23/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabut asap di Kota Palembang, Sumatra Selatan, Rabu, kembali pekat. Jarak pandang terpantau berkisar 300-500 meter sehingga mengganggu aktivitas masyarakat.

"Intensitas asap tinggi pada pagi hari mulai pukul 04.00-07.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-20.00 WIB dikarenakan labilitas udara yang stabil atau tidak ada massa udara naik pada waktu-waktu tersebut," ucap Kasi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi BMKG SMB II Palembang Bambang Benny Setiadji.

Baca Juga

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi SMB II Palembang mencatat angin permukaan umumnya dari arah Tenggara–Selatan dengan kecepatan 4-11 knot (7-20 km/Jam) mengakibatkan potensi masuknya asap akibat karhutla ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya. Lapan pada Rabu (9/10)mencatat beberapa titik panas di wilayah sebelah Tenggara Kota Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen yang berkontribusi asap ke wilayah Kota Palembang, yakni pada wilayah Banyu Asin 1, Tulung Selapan, dan Mesuji.

Bambang mengatakan, fenomena asap diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara dapat mengurangi jarak pandang, beraroma khas, perih di mata, dan mengganggu pernapasan. Akibat kondisi tersebut, matahari terlihat berwarna oranye merah pada pagi atau sore hari.

Hal ini berpotensi memburuk jika ada campuran kelembapan yang tinggi (partikel basah/uap air) sehingga membentuk fenomena kabut asap yang umumnya terjadi pada pagi hari.

"Jarak pandang terendah pada pagi ini berkisar hanya 50-400 meter dengan keadaan cuaca asap yang berdampak pada delapan penerbangan di Bandara SMB II Palembang mengalami delay," ujar dia.

Secara regional, menurut Bambang, munculnya Badai Tropis Hagibis di Laut Cina Selatan mengakibatkan kembali adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah badai tersebut. Hal ini mengakibatkan penurunan potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel tiga hari ke depan (10-12 Oktober 2019).

Sedangkan secara lokal, kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan.

"Biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat) dan berpotensi petir disertai angin kencang," kata dia.

BMKG Sumsel mengimbau masyarakat untuk senantiasa menggunakan masker dan berhati-hati saat bertransportasi pada pagi hari (04.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-20.00 WIB) seiring potensi peningkatan partikel udara kering di udara (asap) dan menurunnya jarak pandang. Selain itu, warga juga diimbau banyak mengkonsumsi air puth saat beraktivitas di luar rumah untuk menjaga kesehatan dikarenakan udara akan terasa lebih terik pada siang hari karena posisi matahari berada di ekuator (khatulistiwa).

"Selain itu, kami juga tetap mengimbau untuk tidak melakukan pembakaran baik itu sampah rumah tangga maupun dalam pembukaan lahan pertanian atau perkebunan," kata dia.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement