Jumat 11 Oct 2019 18:21 WIB

Swedia akan Desak UE Embargo Senjata ke Turki

Erdogan menyatakan operasi militer di Suriah untuk melindungi keamanan perbatasannya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Iring-iringan kendaraan militer menuju ke perbatasan Turki-Suriah.
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Iring-iringan kendaraan militer menuju ke perbatasan Turki-Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Swedia akan mendesak Uni Eropa untuk memberlakukan embargo senjata terhadap Turki. Itu merupakan respons Swedia atas operasi militer yang digelar Turki di Suriah.

Desakan embargo senjata akan disampaikan saat menteri luar negeri negara anggota Uni Eropa melakukan pertemuan pada Senin pekan depan. Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde mengatakan negaranya mengecam operasi militer Turki di Suriah.

Baca Juga

“Operasi itu melanggar hukum internasional, mendestabilisasi situasi di lapangan, dan memilik risiko kemanusiaan yang besar,” ujar Linde melalui akun Twitter pribadinya, Kamis (11/10).

Swedia menilai, selain Uni Eropa, PBB juga harus merespons operasi militer Turki di Suriah. “Dewan Keamanan PBB harus segera menangani masalah ini,” ujar Linde.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan mengirim jutaan pengungsi ke Eropa. Hal itu dilakukan jika Uni Eropa melabeli operasi militer Turki di Suriah sebagai invasi.

“Hei Uni Eropa, bangun. Saya katakan lagi, jika Anda mencoba membingkai operasi (militer) kami di sana (Suriah) sebagai invasi, tugas kami sederhana, kami akan membuka pintu dan mengirim 3,6 juta migran kepada Anda,” kata Erdogan dalam sebuah pidato pada Kamis, dikutip laman Al Araby.

Turki menampung 3,6 juta pengungsi selama delapan tahun konflik Suriah. Di bawah perjanjian 2016 dengan Uni Eropa, Turki sepakat untuk mencegah para pengungsi pergi ke Eropa. Sebagai imbalannya, Turki memperoleh imbalan dana enam miliar euro dan perjalanan bebas visa ke Eropa bagi warganya.

Erdogan menyatakan operasi militer yang kini sedang berlangsung di Suriah semata-mata untuk melindungi keamanan perbatasannya. “Apa yang kami coba lakukan adalah mencegah pembentukan negara teroris di perbatasan selatan kami. Ini tidak bisa terjadi,” ujarnya.

Selain itu, operasi tersebut bertujuan membangun “zona aman” agar 1 juta pengungsi Suriah dapat dipulangkan. “Bagi mereka yang ingin kembali ke negara mereka tapi tidak memiliki rumah lagi, kami berencana membangun permukiman untuk satu juta orang, dengan pembiayaan internasional,” kata Erdogan.

Turki mulai melancarkan operasi militer di Suriah timur laut pada Rabu malam. Mereka ingin menumpas pasukan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan Partai Persatuan Demokratik Suriah (PYD). Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Turki telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement