REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN—Musim kemarau yang masih berlangsung hingga memasuki bulan Oktober ini mengakibatkan volume tampungan air danau alam Rawapening mengalami penyusutan yang cukup signifikan. Kondisi saat ini volume tampungnya tinggal sekitar 9.000.753 meter kubik. Artinya, penyusutan air Rawapening pada musim kemarau kali ini cukup signifikan.
Kepala Pusdataru Provinsi Jawa Tengah, Eko Yunianto mengatakan, Rawapening yang areal irigasinya mencakup 19.972 hektare lahan pertanian. Areal ini tersebar di wilayah Kabupaten Semarang, Grobogan dan sebagian Kabupaten Demak sedianya memiliki volume tampung 49,9 juta meter kubik air dengan elevasi di angka 460,60 dari atas permukaan laut.
Dia mengatakan Danau Rawapening memiliki multi fungsi multipurpose. Airnya dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Ia mencontohkan, sebelum air Rawapening ini dirilis, terlebih dahulu digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit di PLTA Jelok dan Timo yang ada di bawahnya.
“Artinya, saat dibuang airnya sebelum dimanfaatkan untuk yang lain energinya sudah dimanfaatkan,” ucap Eko.
Selain itu, lanjutnya, air dari Rawapening juga dimanfaatkan oleh PDAM Kabupaten Semarang sebagai air baku. Demikian halnya, di bawahnya juga ada delapan bendung yang ada di daerah irigasi.
Delapan bendungan tersebut, cakupan alirannya juga cukup luas, mencapai 18 ribu hektare lebih meliputi Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak. Rawapening melalui pintu air Tuntang juga berfungsi sebagai pengendali banjir.
Seperti disadari kawasan Kabupaten Demak merupakan daerah rawan banjir. Kalau Rawapening bisa dioptimalkan sebagai storage, maka bisa mengurangi dampak pada puncak banjir di wilayah Kabupaten Demak menjadi tidak tambah berat.
“Di sisi lain, Rawapeningg juga memiliki fungsi sebagai penampung air pada musim penghujan untuk digunakan nanti pada waktu musim kemarau,” kata dia.
Bupati Semarang Mundjirin ES di arena Kongres Sampah mengungkapkan, pada musim kemarau Rawapening tak hanya mengalai persoalan daya tampung air saja. Namun juga mengalami problem lingkungan yang sangat kompleks.
Saat ini ada Sembilan hingga 14 anak sungai yang bermuara langsung maupun tidak langsung ke Rawapening. Sekarang banyak limbah dan sampah yang masuk ke Rawapening.
Bahkan orang mancing di Rawapening, sekarang ini tidak mendapatkan ikan yang banyak. “Namun dapatnya kresek (tas plastik) akibat perilaku membuang sampah sembarangan dan memanfaatkan aliran sungai tersebut sebagai tempat pembuangan akhir sampah.
Belum lagi persoalan sedimentasi akibat laju pertumbuhan enceng gondok yang cukup pesat. Di permukaan danau Rawapening saat ini tertutup 2.600 hektare enceng gondok. “Upaya pembersihan gulma air yang dibantu Kementerian PUPR saat ini baru mampu dilakukan sekitar 800 hektare di antaranya,” kata Mundjirin.