Ahad 13 Oct 2019 15:51 WIB

Kekeringan Gunungkidul, Warga Butuh Air Bersih

Masyarakat yang terkena kekeringan sangat perlu kiriman air bersih.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Joko Sadewo
Warga mengambil air untuk memberi minum ternaknya di Telaga Gebang, Dusun Wuni, Gunungkidul.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Warga mengambil air untuk memberi minum ternaknya di Telaga Gebang, Dusun Wuni, Gunungkidul.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Permintaan air bersih di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus meningkat. Sejumlah daerah sudah mengalami krisis air bersih.

Musim kemarau panjang menyebabkan kekeringan di Gunungkidul. Permintaan air bersih untuk mencukupi kebutuhan masyarakat masih terus meningkat. 

Tim Bencana Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM) Hospital Disaster Plan (HDP), Ahad (13/10), mendistribusikan air bersih di Dusun Karangnongko, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul. Sebanyak 143 tangki yang didistribusikan ke masyarakat . 

Direktur Utama RSA UGM, Arief Budiyanto mengatakan, daerah tersebut dipilih menjadi lokasi distribusi air bersih karena sudah mengalami krisis air bersih. Distribusi ini sendiri telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul.

“Dari survei pada Sabtu, 5 Oktober 2019 dan didapatkan informasi bahwa terdapat 143 Kepala Keluarga (KK) yang memiliki bak penampungan air dengan kapasitas 10.000 liter tiap KK," kata Arief dalam keterangan resminya kepada Republika, Ahad (13/10).

Ia mengatakan, distribusi air bersih ini memang dalam rangka penanggulangan jangka pendek. Diharapkan, dapat memenuhi keperluan masyarakat akan air bersih di daerah tersebut. "Masyarakat yang terkena kekeringan sangat perlu kiriman air bersih," katanya.

Kekeringan yang saat ini masih terjadi di DIY, khususnya di Gunungkidul, Tidak hanya menyebabkan warga kekurangan air bersih. Namun, juga dapat menyebabkan berbagai dampak kesehatan yang dialami warga jika kekeringan terus berlanjut.

"Sehingga dalam kesempatan ini pula kami menyelenggarakan kegiatan edukasi kepada masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat," ujarnya.

Ia menjelaskan, kegiatan sosial tersebut tidak hanya didukung oleh civitas hospitalia. Namun juga masyarakat yang secara sukarela memberikan donasi untuk terselenggaranya kegiatan tersebut.

"Semoga kepedulian ini bisa mengurangi beban masyarakat Gunungkidul," kata Arief.

Kepala Dusun Karangnongko, Supriyadi mengatakan, bantuan kali ini merupakan yang paling besar bagi masyarakat Dusun Karangnongko. Sebab, tiap KK mendapatkan satu tangki air bersih.

"Bantuan air bersih ini merupakan bantuan yang jumlahnya paling besar yakni 143 tangki. Ini satu kebanggan besar bagi kami," ujar Supriyadi.

Ia mengatakan, bantuan tersebut akan disalurkan kepada seluruh warga seperti yang telah diamanatkan. Karena kekeringan masih terus terjadi akibat kemarau, lanjutnya, penyuluhan kesehatan memang sangat bermanfaat.

"Kami berterima kasih atas perhatian UGM khususnya RSA UGM yang berkenan menyalurkan bantuan berupa air bersih dan penyuluhan kesehatan bagi warga di Karangnongko," lanjutnya.

Seperti diketahui, Stasiun Klimatologi BMKG DIY memprediksi hujan akan mulai turun di beberapa wilayah di DIY pada akhir Oktober 2019. Saat ini, hampir di seluruh DIY belum turun hujan dan masih menghadapi musim kemarau.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement