Senin 14 Oct 2019 10:51 WIB

Nyanyian dan Tarian Warnai Unjuk Rasa Haiti

Unjuk rasa pimpinan seniman itu menuntut Presiden Haiti mundur.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Protes yang dipimpin seniman menuntut pengunduran Presiden Haiti Jovenel Moise di Port-au-Prince, Haiti, Ahad (13/10). Protes melumpuhkan Haiti selama hampir satu bulan.
Foto: AP Photo/Rebecca Blackwell
Protes yang dipimpin seniman menuntut pengunduran Presiden Haiti Jovenel Moise di Port-au-Prince, Haiti, Ahad (13/10). Protes melumpuhkan Haiti selama hampir satu bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Ribuan warga Haiti memadati jalan-jalan di Port-Au-Prince, Ahad (13/10). Mereka menyerukan pengunduran diri Presiden Jovenel Moise dengan bernyanyi dan menari.

Unjuk rasa tersebut lebih mirip kegiatan karnaval. Kegiatan protes damai ini dipimpin para seniman setelah beberapa pekan memperkuat demonstrasi anti-pemerintah.

Baca Juga

Sekitar 10 ribuorang, termasuk pria dan wanita yang mengenakan pakaian putih dalam sebuah pertunjukan solidaritas, berbaris di ibu kota dan pinggiran. Suara musik dari truk yang dilengkapi dengan pelantang suara mengisi jalanan.

"Kami harus mengubah sistem. Kami tidak memiliki akses ke perumahan, kami tidak punya apa-apa untuk dimakan, anak-anak tidak bisa bersekolah. Biaya hidup meningkat dan Jovenel tidak melakukan sesuatu yang serius tentang hal itu," kata Michelet, seorang pengunjuk rasa.

Wali Kota Port-Au-Prince Youri Chevry mengatakan, ada rasa bahagia melihat artis dan musisi menjadi ujung tombak demonstrasi. "Mereka memimpin gerakan ini hari ini untuk membantu orang menemukan solusi atas tuntutan lama mereka," katanya kepada stasiun radio setempat.

Menurut Jaringan Nasional Haiti untuk Pertahanan Hak Asasi Manusia, 17 orang telah meninggal dunia dan 189 terluka dalam bentrokan protes baru-baru ini. Tidak seperti unjuk rasa sebelumnya di mana para pemrotes bentrok dengan polisi, hari itu demonstrasi berjalan damai.

Para pemimpin oposisi dan pendukung di negara berpenduduk 11 juta orang menyerukan Moise untuk mundur. Tuntutan ini hasil dari kemarahan masyarakat karena meningkatnya kekurangan bahan bakar dan makanan, devaluasi mata uang yang tajam, dan tuduhan korupsi.

Moise telah membantah melakukan tuduhan-tuduhan yang dilayangkan kepadanya. Dia mengambil beberapa langkah publik untuk mengatasi keluhan, yang malah menambah kemarahan rakyat pada pemerintah. Dia menjabat pada 2017 dan memiliki sisa dua tahun masa jabatan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement