Senin 14 Oct 2019 19:01 WIB

'Industri Mamin Masih Bergantung Bahan Baku Impor'

Tanpa integrasi industri, pemenuhan bahan baku industri mamin sult dilakukan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolanda
Warga memlih makanan dan minuman saat berbelanja di Pasar Swalayan di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (6/7/2019).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warga memlih makanan dan minuman saat berbelanja di Pasar Swalayan di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (6/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menilai kebergantungan bahan baku impor masih menjadi persoalan utama dalam industri makanan dan minuman (mamin) saat ini.

Adhi menilai perlunya program yang terintegrasi antarkementerian dan lembaga serta percepatan proses pemenuhan bahan baku. "Kemenperin nggak bisa jalan sendiri, kalau hulunya nggak terintegrasi akan sulit," ujar Adhi di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (14/10).

Baca Juga

Adhi mendorong pemerintah segera mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan kementerian dan lembaga terkait melakukan program yang terintegrasi dalam upaya pemenuhan bahan baku lokal.

"Presiden perlu menetapkan industri ini sebagi lokomotif pertumbuhan maka semua kementerian terkait harus mendukung bersama, jangan sampai hilirasi di Kemenperin, tapi di kementrian lain beda arah," ucap Adhi.

Kurang terintegrasi program telah memakan korban. Adhi menyebut industri Kakao yang sebelumnya unggul kini harus mengimpor bahan baku. Dia juga menyoroti banyaknya regulasi terkait izin impor, mulai dari Susu, Gula, hingga Garam.

"Kalau terintegrasi, daya saing kita akan lebih bagus karena sumber daya Indonesia banyak, tinggal bagaimana kebijakannya," kata Adhi menambahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement