REPUBLIKA.CO.ID, KAZAN -- Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti mengapresiasi pencapaian tim junior Indonesia yang berlaga di ajang World Junior Championships (WJC) 2019 di Kazan, Rusia. Pada WJC kali ini, Indonesia mencetak sejarah dengan memboyong Piala Suhandinata untuk kali pertama.
Sementara di perorangan, ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin meraih Piala Eye Level setelah 27 tahun Indonesia tanpa gelar ganda putra di WJC. Susy berharap keberhasilan Leo/Daniel di final menjadi inspirasi dan motivasi bagi sektor lain yang belum berhasil menjadi juara. Susy juga mengatakan bahwa penampilan tim junior ini adalah hasil dari proses persiapan yang matang.
"Pencapaian di WJC menurut saya luar biasa, terutama perjuangan di beregu, anak-anak cetak sejarah. Ke depannya, kami harapkan usaha mereka harus ekstra lagi, jangan berhenti sampai di sini," kata Susy dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Senin (14/10).
Ia mengatakan, bibit bagus merupakan hasil proses. PBSI, kata dia, menyiapkan pemain dari beberapa tahun lalu hingga matang tahun ini. Untuk tahun depan, PBSI pun sudah menyiapkan dari sekarang.
"Sepertinya yang akan lebih menonjol itu pemain putrinya karena masih ada beberapa yang bisa ikut WJC tahun depan," tutur Susy.
Indonesia sebetulnya mengirim tiga wakil ke final perorangan, namun ganda campuran Leo Rolly Carnando/Indah Cahya Sari Jamil dan ganda putri Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi belum berhasil pada laga final. Awalnya PBSI berharap menyabet tiga gelar perorangan karena ingin menjadi juara umum. Tapi sayang ganda campuran bermain kurang lepas.
"Di ganda putri kami awalnya yakin karena di semifinal tampil bagus, oi final gim kedua juga bagus tapi di akhir belum bisa keluar dari tekanan," jelas Susy.
Usai gelaran WJC 2019, tim junior Indonesia langsung mengikuti dua turnamen berurutan di Magelang, Jawa Tengah yaitu Superliga Junior 2019 dan Caffino Indonesia International Challenge 2019.