Selasa 15 Oct 2019 17:25 WIB

Tuna Wisma Ditolak Masuk Penampungan Korban Topan Hagibis

Topan Hagibis menghantam Jepang pada Sabtu (12/10).

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Kendaraan terendam banjir akibat Topan Hagibis di sebuah perumahan di Ise, Jepang, Sabtu (12/10).
Foto: Kyodo News via AP
Kendaraan terendam banjir akibat Topan Hagibis di sebuah perumahan di Ise, Jepang, Sabtu (12/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kisah tentang ditolaknya tuna wisma masuk ke dalam penampungan menyebar di media sosial Jepang. Seorang laki-laki tuna wisma berusia 64 tahun berusaha masuk ke tempat penampungan setelah topan Hagibis menghantam Negeri Sakura pada Sabtu (12/10) lalu.

Ia ingin masuk ke dalam penampungan yang terletak di sebuah sekolah di distrik istimewa Taito, Tokyo, yang melingkupi San'ya, wilayah yang sudah lama menjadi pemukiman pekerja dan rumah bagi para tuna wisma.  

Baca Juga

Menurut surat kabar Jepang Asahi Shimbun, laki-laki itu diminta menulis nama dan alamatnya. Ia mengatakan tidak punya alamat lalu ditolak masuk.

"Saya beritahu mereka saya punya alamat di Hoikkaido (salah satu pulau yang berjarak ratusan kilometer dari Tokyo), tapi mereka tetap menolak saya masuk," kata laki-laki itu kepada Asahi Shimbun, seperti dilansir BBC, Selasa (15/10).

Laki-laki itu akhirnya terpaksa bermalam dipayungi atap gedung. Ia ingin masuk penampungan karena malam itu berangin dan hujan masih mengguyur Tokyo.

"Saya ingin mereka mengizinkan saya masuk ke fasilitas itu karena angin kencang dan malam itu hujan," katanya.

Salah seorang tuna wisma lainnya juga diusir pada malam yang sama. Cerita yang menyebar di media sosial tersebut memicu amarah banyak orang.

"Ini negara yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2020? Orang-orang dari luar negeri akan melihat ini dan berpikir ini negara buruk," kata salah seorang pengguna Twitter.

Sebuah lembaga amal Pusat Kesejahteraan Pekerja San'ya menanggapi hal itu dengan membuka tempat penampungan pada Sabtu malam. Tidak semua orang marah dengan kisah tersebut. Ada pula yang menilai tuna wisma yang 'bau' dan 'tidak waras' harusnya memang tidak diizinkan untuk tinggal di penampungan warga.

"Jika Anda mengklaim hak Anda, Anda harus melakukan tugas Anda lebih dahulu, bisakah Anda tidur di samping orang bau," kata salah seorang pengguna Twitter lainnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement