Rabu 16 Oct 2019 15:56 WIB

Sekjen MUI: Tak Etis Manfaatkan Jabatan Wapres

Kiai Maruf akan tetap menjadi ketum MUI saat dilantik sebagai wapres RI

Logo MUI
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Logo MUI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas membantah isu yang berkaitan dengan jabatan KH Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden (wapres) Indonesia periode 2019-2024.

Menurut Buya Anwar, MUI tidak pernah berharap memeroleh kemudahan apa pun, termasuk ihwal akses pendanaan, hanya karena ketua umumnya menduduki kursi wapres.

Baca Juga

“Terus terang saja, tidak pernah terlintas di benak kami untuk memanfaatkan jabatan Bapak KH Ma’ruf Amin bagi mendapatkan dana untuk mendukung kegiatan-kegiatan (MUI). Karena, hal itu jelas tidak etis dan tidak sesuai dengan ketentuan dari ajaran agama Islam,” ujar Buya Anwar Abbas saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (16/10).

“Saya yakin serta percaya bahwa Pak KH Ma’ruf Amin sendiri secara pribadi juga pasti tidak akan  mau melakukannya,” sambung ketua PP Muhammadiyah itu.

photo
Sekretaris Jenderal MUI, Anwar Abbas

MUI selama ini memeroleh pembiayaan yang bersumber dari anggaran pendapat dan belanja negara (APBN). Dia mengakui, besaran yang diterima dari APBN mungkin tidak mampu mencakup seluruh kebutuhan lembaga tersebut.

Dia menegaskan, MUI memang memerlukan pendanaan, tetapi tidak sampai mengupayakan jalan yang tidak wajar, semisal memanfaatkan jabatan wapres yang akan diemban Kiai Ma’ruf.

“MUI tidak akan melakukan hal-hal yang tidak wajar, apalagi sampai membebani Pak KH Ma’ruf Amin dan/atau pejabat negara lainnya. Bagi MUI sudah jelas bahwa dalam menerima bantuan dari mana pun, dana tersebut harus bersumber dari yang halal. Tidak boleh bertentangan dengan agama dan aturan perundang-undangan yang ada,” ucap dia.

Kemarin, KH Ma’ruf Amin menegaskan, dirinya tetap akan menjabat sebagai ketua umum MUI Pusat, meskipun nanti dilantik sebagai wakil presiden Republik Indonesia. Akan tetapi, posisinya di MUI Pusat akan ditambahi status “nonaktif.”

Joko Widodo dan Kiai Ma’ruf akan dilantik pada 20 Oktober 2019 sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2019-2024. Kiai Ma’ruf mengklaim, keputusannya untuk tetap mempertahankan jabatan di MUI sekaligus RI-2 tidak melanggar aturan apa pun.

Yang tidak boleh, lanjut dia, bila seseorang yang terlebih dahulu menjabat sebagai wakil presiden RI menjadi ketua umum MUI. “Nah, kalau saya ini kan jadi ketua umum (MUI), baru menjabat (wapres RI). Beda,” tutur pria berusia 76 tahun itu, Selasa (15/10) malam di Menteng, Jakarta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement