Kamis 17 Oct 2019 20:17 WIB

Ketidakpastian Peningkatan Energi Global pada 2040

Ada ketidakpastian yang dapat mempengaruhi pola pasar energi global hingga 2040

Rep: Chandra Maulana(swa.co.id)/ Red: Chandra Maulana(swa.co.id)
WhatsApp Image 2019-10-17 at 16.04.03
WhatsApp Image 2019-10-17 at 16.04.03

BP kembali menerbitkan BP Energy Outlook edisi 2019, yang menyoroti ketidakpastian utama yang dapat mempengaruhi pola pasar energi global hingga tahun 2040.

Ketidakpastian terbesar periode ini adalah terkait dibutuhkannya energi guna mendukung perkembangan ekonomi global yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan. Hal ini bersamaan dengan kebutuhan akan transisi cepat di masa depan yang rendah karbon.

Selain itu, outlook ini pun menyoroti tantangan ganda yang dihadapi secara global dan pertimbangan sejumlah masalah lain, termasuk kemungkinan meningkatnya persaingan dagang dan implikasi dari regulasi penggunaan plastik yang ketat.

Dalam outlook terbarunya ini, BP menyoroti bahwa permintaan energi global meningkat sekitar sepertiga pada tahun 2040, didorong oleh meningkatnya standar kehidupan, terutama di India, Cina dan seluruh Asia.

Di Indonesia, BP melihat adanya peningkan konsumsi energi primer pada tahun 2018, yang didukung oleh permintaan yang tinggi terhadap layanan transportasi seiring dengan meningkatnya pendapatan domestik. Peningkatan tersebut sebesar 4,9%, jauh di atas pertumbuhan rata-rata tahun yakni 2,8% selama 10 tahun terakhir.

Spencer Dale, Group Chief Economist BP, mengutarakan "Energi yang digunakan oleh industri dan bangunan pun telah menyumbangkan sekitar 75% dari peningkatan permintaan energi secara keseluruhan. Permintaan energi pada transportasi akan melambat drastis seperti di masa sebelumnya, walau efisiensi kendaraan semakin meningkat,” ujarnya, di Jakarta (16/10/2019)

Sebanyak 85% dari pertumbuhan pasokan energi dihasilkan melalui energi terbarukan dan gas alam dengan energi terbarukan yang akan menjadi sumber terbesar pembangkit listrik global pada tahun 2040.

“Energi terbarukan dan gas alam sama-sama menyumbang sebagian besar pertumbuhan energi primer. Dalam skenario transisi kami, 85% dari energi yang baru adalah karbon yang lebih rendah,” imbuhnya.

Spencer juga melihat bahwa kecepatan masuknya energi terbarukan ke dalam sistem energi global terhitung jauh lebih cepat dibanding bahan bakar apapun dalam sejarah. Emisi karbon global pun terus meningkat, menandakan perlunya serangkaian Iangkah kebijakan yang komprehensif untuk mencapai pengurangan emisi karbon secara substansi.

“Memprediksi transisi energi adalah tantangan yang luas dan kompleks. Strategi kami adalah menawarkan fleksibilitas dan kelincahan yang diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian ini secara langsung. Dunia energi sedang berubah," tegas Spencer.

 

www.swa.co.id

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement