Selasa 22 Oct 2019 09:32 WIB

Lam Minta Maaf Atas Insiden di Masjid Kowloon

Masjid Kowloon tak sengaja terkena semburan meriam air berwarna biru.

Pengunjuk rasa membawa payung dalam demonstrasi di Hong Kong, Ahad (20/10).
Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Pengunjuk rasa membawa payung dalam demonstrasi di Hong Kong, Ahad (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengunjungi Masjid Kowloon pada Senin (21/10). Lam yang saat itu tampil mengenakan selendang berkunjung untuk meminta maaf karena masjid tersebut terkena semburan meriam air saat aparat berusaha membubarkan pengunjuk rasa pada Ahad (20/10).

Dilaporkan laman TRT World, dalam kunjungannya Lam didampingi Kepala Kepolisian Hong Kong Stephen Lo. Mereka bertemu dengan Muhammad Arshad selaku imam dan ketua pengurus Masjid Kowloon.

Baca Juga

Menurut Arshad, kedatangan Lam dan Lo memang untuk menyampaikan permintaan maaf karena Masjid Kowloon tak sengaja terkena semburan meriam air berwarna biru pada Ahad lalu. Dia mengatakan, para pengurus dan jamaah masjid yang sebelumnya sempat gusar atas kejadian tersebut telah memaafkan insiden itu.

Arshad pun menyampaikan harapan komunitas Islam untuk terus hidup di Hong Kong dengan damai. Pertemuan di masjid berlangsung sekitar 20 menit. Setelah kunjungan itu, Lam bertolak ke Jepang untuk menghadiri acara penobatan Kaisar Naruhito.

Sebuah rekaman video yang tersebar di dunia maya menunjukkan truk berhenti di luar gedung selama konfrontasi dengan demonstran, Ahad. Dalam menghadapi unjuk rasa di Distrik Kowloon, polisi menggunakan gas air mata dan truk meriam air berwarna biru untuk membubarkan pengunjuk rasa pelempar bom molotov.

Meriam membasahi gerbang depan dan tangga tempat ibadah Islam paling penting di Hong Kong ini, sementara beberapa orang telah berkumpul termasuk wartawan. Noda biru dari air yang ditembakkan meriam air masih terlihat sisanya di jalan depan masjid ketika Muslim berkumpul untuk beribadah pada Senin.

Polisi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa semprotan berwarna biru tidak sengaja mengenai masjid. Tidak ada niatan untuk menargetkan rumah ibadah umat Islam dalam proses pembubaran massa. "Menghormati kebebasan beragama dan akan berusaha untuk melindungi semua tempat ibadah," ujar keterangan polisi, dikutip dari CNA, Senin (21/10).

"Itu hanya kesalahan. Mereka meminta maaf. Mereka melihat beberapa pengunjuk rasa berdiri di luar gerbang. Para pengunjuk rasa juga meminta maaf," kata warga Muslim yang sedang shalat di masjid saat itu, Mohammed Assan.

Menurut Assan, polisi melakukan pekerjaan untuk mengamankan keadaan, sementara para pemrotes memiliki hak untuk melakukan protes. "Semua orang membutuhkan kebebasan. Mereka menuntut untuk hidup dengan kebebasan," katanya.

Masjid Kowloon pertama kali dibangun pada akhir abad ke-19 untuk sarana ibadah tentara Muslim dari India yang saat itu masih di bawah kekuasaan Inggris. Bangunan ini pun dipugar kembali pada awal 1980-an dan tetap menjadi pusat bagi komunitas Muslim Hong Kong yang berjumlah 300 ribu orang.

photo
Polisi mengejar seorang pengunjuk rasa Hong Kong, Ahad (13/10). Pengunjuk rasa mengubah strategi mereka untuk menghindari penangkapan.

Aksi demonstrasi di Hong Kong telah berlangsung sejak Juni lalu. Hingga kini belum ada tanda-tanda unjuk rasa akan mereda. Ribuan orang masih turun ke jalan dan berpartisipasi dalam demo antipemerintah tersebut.

Rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi merupakan pemicu utama dari pecahnya demonstrasi di Hong Kong. Masyarakat menganggap RUU tersebut merupakan ancaman terhadap independensi proses peradilan di sana. RUU itu memungkinkan otoritas Hong Kong mengekstradisi pelaku kejahatan atau kriminal ke Cina daratan.

Para demonstran menilai proses peradilan di Cina tak independen dan perlindungan hak asasi manusianya tak dijamin. Oleh sebab itu, mereka menyerukan RUU ekstradisi dicabut sepenuhnya.

Pada September lalu Carrie Lam akhirnya memutuskan menarik RUU tersebut. Dia mengatakan, prioritas pemerintahannya saat ini adalah mengakhiri kekerasan, menjaga supremasi hukum, dan memulihkan ketertiban serta keamanan di masyarakat.

Namun, hal itu tak cukup untuk meredam dan menghentikan gelombang demonstrasi. Massa justru menuntut Lam mundur dari jabatannya dan mendesak agar kekerasan yang dilakukan aparat terhadap demonstran diusut tuntas.

Mereka pun menyerukan agar otoritas Hong Kong membebaskan para demonstran yang ditangkap. Menurut laporan, sejak aksi demonstrasi dimulai, aparat keamanan telah menangkap setidaknya 2.600 orang. n kamran dikarma/dwina agustin/reuters ed: yeyen rostiyani

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement