Selasa 22 Oct 2019 15:45 WIB

Penghitungan Suara Bolivia Mendadak Dihentikan

Penghitungan itu dinilai menguntungkan Presiden Evo Morales.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Pendukung kandidat presiden oposisi Carlos Mesa yang juga mantan presiden berunjuk rasa di luar Pengadilan Tinggi Pemilu dimana surat suara dihitung di La Paz, Bolivia, Senin (21/10).
Foto: AP Photo/Juan Karita
Pendukung kandidat presiden oposisi Carlos Mesa yang juga mantan presiden berunjuk rasa di luar Pengadilan Tinggi Pemilu dimana surat suara dihitung di La Paz, Bolivia, Senin (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SUCRE -- Otoritas pemilihan Bolivia mengumumkan Presiden Evo Morales hampir saja menghindari pemilihan ulang, Senin (21/10). Penolakan pemilihan ulang ini pun menyulut protes dari para pemimpin oposisi yang sudah kecewa dengan penghentian tiba-tiba penghitungan suara.

Kerumunan pengunjuk rasa membakar kantor badan pemilihan di kota selatan Sucre dan Potosi. Mereka pun membakar surat suara dari pemilu di Tarija, Ahad (20/10). Kelompok pendukung dan penentang Morales juga bentrok di sejumlah tempat, termasuk ibu kota administratif La Paz.

Baca Juga

Lawan presiden menyatakan, para pejabat berusaha membantu Morales menghindari pertarungan ulang yang bisa menjatuhkannya dari kekuatan oposisi yang bersatu. Sementara pengamat dari Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) menyatakan, keprihatinan tentang perkembangan tersebut. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menuduh pemerintah Bolivia berusaha menghilangkan suara.

Morales melebihi suara dari delapan kandidat lainnya dalam pemilihan presiden pada Ahad. Namun, hasil yang dirilis terakhir sebelum Senin malam menunjukkan dia jatuh beberapa poin dari persentase yang diperlukan untuk menghindari putaran pertama dalam 14 tahun berkuasa.

Hanya saja, Morales mengklaim kemenangan mutlak pada Ahad malam. Dia mengatakan suara yang tidak terhitung akan cukup untuk memberinya masa jabatan keempat. Dia pun menyatakan pada para pendukung di istana presiden kalau rakyat kembali memaksakan kehendak mereka.

Otoritas pemilihan umum Bolivia berhenti mengumumkan hasil baru pada Ahad. Pemberhentian penghitungan tersebut terjadi ketika penghitungan menunjukan Morales memimpin 45,3 persen dan saingan terdekatnya mantan presiden Carlos Mesa mencapai 38,2 persen.

Pada Senin malam, lembaga tersebut memperbarui hitungan cepat dan mengumumkan penghitungan sudah mencapai 95 persen. Perolehan suara untuk Morales sebanyak 46,41 persen dan Mesa mendapatkan 37,07 persen.

Laporan Aljazirah menyatakan, jurang yang panjang dari penghitungan yang terjadi sangat tidak biasa. Biasanya hasil penghitungan terus bergulir selama penghitungan terjadi.

Mesa memperingatkan mungkin ada manipulasi pemungutan suara untuk menghalangi putaran kedua pemungutan suara yang dapat mengganggu 14 tahun kekuasaan Morales. Di bawah hukum Bolivia, Morales membutuhkan keunggulan sebesar 10 persen atas Mesa untuk menghindari pemilihan putaran kedua pada bulan Desember.

Ketika penghitungan suara diberhentikan secara mendadak, Mesa meminta warga dan kelompok-kelompok sipil melakukan pertempuran dalam membela pemungutan suara. "Mereka tidak dapat mengambil demokrasi dari kita," katanya kepada para pendukungnya di Santa Cruz.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement