Jumat 25 Oct 2019 11:21 WIB

Jejak Muslim Etnis Jawa di Suriname

Sebanyak 20 persen penduduk Suriname adalah Muslim.

Red: Agung Sasongko
Suriname
Foto: [ist]
Suriname

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Kalau wong Jawa kan eneng muludan, eneng rejeban, hampir tiap bulan ada bersih desa. Kalau waktu di langgar itu, membawa nasi untuk makan bersama di tempat kita. Ndak tau kalau di tempat lain,” ujar Tuminah, seorang warga yang pernah tinggal di Suriname, Amerika Selatan pada 1925-1954.

Ungkapan di atas menggambarkan akulturasi kebudayaan Jawa dengan Islam yang terjadi di Suriname. Bahkan hingga kini, tradisi itu masih tetap dilakukan umat Islam Suriname keturunan Jawa. Kehidupan umat Islam di Suriname sangat kuat dipengaruhi oleh Indonesia dan Pakistan.

Republik Suriname (Surinam) dulunya bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda. Suriname adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan merupakan bekas jajahan Belanda. Negara itu berbatasan dengan Guyana Prancis di timur dan Guyana di barat.

Di sebelah selatan, Suriname berbatasan dengan Brasil, dan di utara dengan Samudra Atlantik. Sebanyak 20 persen penduduk Suriname adalah Muslim. Suku Jawa yang terbesar sehingga memengaruhi kebudayaan Suriname di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama,” papar Toekiman Saimbang, diplomat Suriname, di Jakarta dalam seminar dan bedah buku Migratie En Cultureel Erfgoed.