REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki menerbitkan peringatan perjalanan bagi warganya yang hendak berkunjung ke Irak. Saat ini Irak sedang dilanda gelombang demonstrasi anti-pemerintah.
“Karena demonstrasi yang sedang berlangsung di berbagai provinsi di Irak, termasuk di ibu kota Baghdad sejak 24 Oktober, warga kami disarankan tidak bepergian ke daerah-daerah di mana peristiwa semacam itu terjadi,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan pada Jumat (25/10), dikutip Anadolu Agency.
Bagi warga Turki yang saat ini sedang berada di Irak, Ankara meminta mereka mengikuti panduan atau peringatan yang dikeluarkan otoritas di sana. Hal itu termasuk menghindari tempat-tempat ramai dan selalu dalam keadaan waspada.
Setelah jeda selama hampir tiga pekan, demonstrasi anti-pemerintah kembali berlangsung di Irak. Mereka turun ke jalan-jalan dan mendesak reformasi pemerintahan. Seperti sebelumnya aksi unjuk rasa kembali berujung ricuh.
Massa terlibat bentrok dengan pasukan keamanan Irak. Sedikitnya 30 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 2.300 lainnya mengalami luka-luka. Otoritas Irak telah memberlakukan jam malam di beberapa daerah seperti Basra, Wasit, Muthanna, Babil, Diwaniya, dan Dhi Qar.
Aksi demonstrasi di Irak pecah pada 1 Oktober lalu. Masyarakat turun ke jalan untuk memprotes permasalahan yang mereka hadapi, seperti meningkatnya pengangguran, akses terhadap layanan dasar, termasuk air dan listrik, yang terbatas serta masifnya praktik korupsi di tubuh pemerintahan. Mereka mendesak Abdul Mahdi mundur dari jabatannya.
Demonstrasi yang berlangsung selama sepekan menelan sekitar 150 korban jiwa. Ribuan lainnya dilaporkan mengalami luka-luka. PBB telah mengecam pasukan keamanan Irak atas banyaknya korban tewas dalam unjuk rasa di sana.
Militer Irak mengakui mengerahkan kekuatan berlebih dalam menangani para demonstran, khususnya di Baghdad, pada awal Oktober lalu. “Kekuatan berlebihan di luar aturan keterlibatan telah digunakan dan kami telah mulai meminta pertanggung jawaban para perwira komandan yang melakukan tindakan salah ini,” kata militer Irak dalam sebuah pernyataan pada 7 Oktober lalu.