REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) belum lama ini telah meluncurkan program beras untuk santri Indonesia. Para santri akan mendapatkan 1.000 ton beras per bulannya.
Presiden ACT, Ahyudin menyatakan, program beras santri merupakan wujud nyata kerelawanan pihaknya. Kegiatan ini juga untuk menunjukkan bahwa bantuan ACT tidak hanya dilakukan saat bencana alam saja. "Kalau sekarang, kita ingin turut menangani program bencana kemiskinan yang melanda bangsa ini," jelas Ahyudin kepada wartawan seusai mengisi Kuliah Visi Kerelawanan di Hotel Grand Cakra Malang, Ahad (27/10).
Menurut Ahyudin, segmen kemiskinan lebih banyak berada di dunia pesantren. Oleh sebab itu, pihaknya ingin memfokuskan menangani kemiskinan di ranah tersebut. Sebab, santri bagaimanapun juga merupakan aset dan pihak yang turut berkontribusi dalam kemerdekaan bangsa.
Hingga saat ini, Ahyudin memastikan, beras telah mulai didistribusikan ke sejumlah pesantren. Untuk sementara ACT lebih memprioritaskan pesantren di 12 provinsi terlebih dahulu. Hal ini terutama di daerah dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia.
"Dari Banten, DKI, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur, termasuk Sumatera yang pesantrennya terpapar bencana asap Riau, Jambi, Sumsel (Sumatera Selatan), dan Aceh. Kalimantan di Kalbar (Kalimantan Barat) juga sudah bergerak, sudah 600 ton," jelasnya.
Setelah program beras santri, ACT berencana akan membuka program lumbung pangan wakaf. Pesantren dengan program ini diharapkan bisa mandiri dalam memeroleh pangan. Selain itu, juga dapat mengonsumsi makanan yang lebih bergizi.
"Kita akan hadirkan itu ke pesantren. Jadi beras tercukupi, daging juga," tambah Ahyudin.
Terakhir, ACT juga menargetkan bisa menciptakan program air bersih dalam kemasan di pesantren. Program ini ditunjukkan agar dapat menciptakan pesantren dengan wibawa kuat. "Berkarakter dalam membangun bangsa. Dan semoga semua pihak bisa ikut terinspirasi untuk pesantren," katanya.