Senin 28 Oct 2019 16:46 WIB

Ibnu Al-Haytham dan Bendungan Sungai Nil

Ibnu al-Haytham lebih dikenal sebagai seorang saintis dan ahli matematika.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Sungai Nil
Foto: aksesdeplu.com
Sungai Nil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejarawan Mesir Ibnu al-Qifti (11721248 M) melaporkan tentang proyek seorang ilmuwan bernama Ibnu al-Haytham (965-1039 M) yang dianggap membangun bendungan di Sungai Nil dekat selatan daerah Aswan.

Hingga saat ini, Ibnu al-Haytham lebih dikenal sebagai seorang saintis dan ahli matematika. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, dia ingin membuat suatu bendungan yang bisa mengendalikan aliran Sungai Nil, sehingga akan mengatasi masalah banjir maupun kekeringan.

Setelah secara resmi diundang oleh khalifah Fatimiyah al-Hakim, Ibnu alHaytham, kemudian melakukan survei ke wilayah tersebut, tetapi tampaknya tidak bisa mewujudkan rencananya tersebut.

Dilaporkan bahwa ia kemudian berpurapura gila untuk menghindari murka Khalifah al-Hakim.Seperti diceritakan dalam catatan sejarah Ibnu al-Qifti, ketika Ibnu al-Hay tham sampai di Mesir, al-akim menyam butnya di gerbang Kota Kairo al-Ma'ziy yah yang lebih dikenal dengan al-Khan daq.

Mereka tidak langsung membicarakan rencana penanggulangan Sungai Nil. Al-Haytham terlebih dahulu beristirahat dan kemudian menelusuri Sungai Nil hingga ke hulu untuk melakukan penin jau an atas rencanan nya membangun bendungan.

Namun, setelah itu, al-Haytham menyampaikan bahwa pada saat itu sangat sulit melakukan pembangunan bendungan karena masalah teknis seperti sulitnya medan, keterbatasan alat, dan pembiayaan.

Akibatnya, al-akim merasa sangat kecewa dan marah. Sebagai bentuk hukuman ia menahan al-Haytham untuk dipekerjakan dengan membantunya dalam administrasi pemerintahan. Karena merasa terancam, akhirnya Ibnu al-Haytham menerima pekerjaan tersebut dengan terpaksa.

Setelah beberapa lama menjalani pekerjaan tersebut, Ibnu al-Haytham mungkin merasa tidak cocok dengan rutinitas pekerjaannya. Boleh jadi, karena sifatnya yang mencintai kegiatan akademik yang bebas, seperti meneliti, mengamati alam, membaca, dan menulis terhambat karena pekerjaannya.

Akibatnya, dikisahkan bahwa ia mengalami gangguan kejiwaan. Tidak diketahui dengan pasti apakah peristiwa ini adalah sebagai cara Ibnu al-Haytham untuk lepas dari pekerjaannya ataukah benar-benar terjadi ataupun berbagai kemungkinan lainnya.

Terlepas dari itu, Ibnu al-Haytham kemudian ditahan dalam suatu ruangan gelap selama kurang lebih 10 tahun kemudian, sampai al-akim meninggal karena peristiwa kudeta pada 1021. Setelah keluar dari tahanan, al-Haytham kemudian tinggal di dalam masjid al-Ahar Kairo dan meneruskan kegiatan ilmiahnya.

Seluruh referensi sains merupakan informasi berharga untuk mengenal teknologi abad pertengahan. Hal itu dapat ditemukan dalam kosmografi al-Qazwini (1203-1283 M) tentang kincir air dengan roda horizontal di Malaga. Sementara, dalam kosmografi ad-Dimashqi (12561327 M) deskripsi seperti itu sebagian besar merujuk pada penggunaan sumber daya alam, seperti angin dan air.

Dalam mendeskripsikan daratan di Azerbaijan, ad-Dimashqi menyajikan kota Merend. Informasi yang dia berikan tentang tempat ini terkonsentrasi pada kincir airnya yang luar biasa, Di tempat bernama Merend ada penggilingan yang diputar oleh air yang diam, dan ini milik keajaiban dunia, tulisnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement