Rabu 09 Aug 2023 17:34 WIB

Peneliti Pecahkan Bagaimana Piramida Mesir Dibangun

Mesir memiliki jejak peradaban kuno.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Seorang arkeolog Mesir memulihkan beberapa barang antik setelah pengumuman penemuan baru di Gisr el-Mudir di Saqqara, Giza, Mesir, pada 26 Januari 2023. Sebuah misi Mesir telah membuat sejumlah penemuan arkeologi penting yang berasal dari dinasti kelima dan keenam dari Dinasti Kerajaan Lama. Pengumuman tersebut menyatakan bahwa ekspedisi tersebut telah menemukan sekelompok makam Kerajaan Lama, yang menandakan bahwa situs tersebut terdiri dari kuburan besar. Makam terpenting milik Khnumdjedef, seorang inspektur pejabat, pengawas para bangsawan, dan seorang pendeta di kompleks piramida Unas, raja terakhir dari dinasti kelima. Makam itu dihiasi dengan pemandangan kehidupan sehari-hari.
Foto: EPA-EFE/Mohamed Hossam ElDin
Seorang arkeolog Mesir memulihkan beberapa barang antik setelah pengumuman penemuan baru di Gisr el-Mudir di Saqqara, Giza, Mesir, pada 26 Januari 2023. Sebuah misi Mesir telah membuat sejumlah penemuan arkeologi penting yang berasal dari dinasti kelima dan keenam dari Dinasti Kerajaan Lama. Pengumuman tersebut menyatakan bahwa ekspedisi tersebut telah menemukan sekelompok makam Kerajaan Lama, yang menandakan bahwa situs tersebut terdiri dari kuburan besar. Makam terpenting milik Khnumdjedef, seorang inspektur pejabat, pengawas para bangsawan, dan seorang pendeta di kompleks piramida Unas, raja terakhir dari dinasti kelima. Makam itu dihiasi dengan pemandangan kehidupan sehari-hari.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Tidak diketahui sepenuhnya bagaimana orang Mesir membangun piramida ribuan tahun lalu. Namun, terdapat satu kelompok arkeolog berpikir mereka mungkin telah menemukan penjelasannya.

Sejarawan maupun arkeolog meyakini, orang Mesir mungkin telah memindahkan lempengan batu besar itu dengan memanfaatkan tanah di sekitar mereka. Piramida Besar memiliki lebih dari 2,3 juta blok batu kapur dan granit saja. Masing-masing memiliki berat setidaknya dua ton.

Baca Juga

Namun saat ini, diperkirakan, peradaban kuno itu menggunakan anak sungai Nil untuk membantu mereka memindahkan batu-batu besar ke padang pasir. Untuk membuktikan teori ini, dilansir laman Indy 100, Rabu (9/8/2023), sekelompok peneliti memulai dengan menguji lima sampel tanah yang memfosil dari dataran banjir Giza.

Para arkeolog harus menggali sedalam 9 meter (30 kaki) untuk mendapatkan sampel. Sampel tanah dianalisis oleh laboratorium di Perancis. Analisis mencari serbuk sari dan vegetasi yang biasa ditemukan di sekitar Sungai Nil, yang akan membuktikan pernah ada jalur air kuno.

Kerja keras mereka terbayar dan mereka dapat memastikan keberadaan Cabang Khufu, yang mengangkut lempengan batu untuk mereka jadikan bagian dari konstruksi piramida. Anak sungai itu diyakini telah mengering pada 600 SM. Tim peneliti juga menemukan 61 spesies tumbuhan selama penelitian mereka.

Ahli geografi lingkungan Hader Sheisha mengatakan, tanpa anak sungai tersebut, mustahil membangun piramida. Penelitian dan penemuan selanjutnya dipicu oleh selembar papirus yang menceritakan bagaimana seorang perwira, 'Merer', harus mengangkut batu kapur ke atas Sungai Nil ke sebuah lokasi konstruksi di Giza.

Papirus itu ditemukan di Laut Merah. "Saya sangat tertarik karena ini menegaskan bahwa pengangkutan bahan bangunan piramida dipindahkan di atas air. Mengetahui lebih banyak tentang lingkungan dapat memecahkan sebagian dari teka-teki konstruksi piramida," kata Shiesha.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement