Senin 04 Nov 2019 08:44 WIB

Survei: Kebebasan Sipil Turun

10 tahun terakhir, tren indikator kebebasan sipil tampak mengalami kemunduran.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan memaparkan hasil survei nasional Tantangan Intoleransi dan Kebebasan Sipil serta Modal Kerja pada Periode Kedua Pemerintahan Joko Widodo di Jakarta, Ahad (3/11).
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan memaparkan hasil survei nasional Tantangan Intoleransi dan Kebebasan Sipil serta Modal Kerja pada Periode Kedua Pemerintahan Joko Widodo di Jakarta, Ahad (3/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis survei kebebasan sipil pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dalam survei yang dilakukan LSI didapatkan hasil memburuknya kebebasan sipil pada awal-awal Jokowi memerintah untuk periode kedua.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan, adanya kecenderungan memburuknya kebebasan sipil dilihat dari sejumlah indikator. Pertama, ada 43 persen responden yang merasa masyarakat makin takut bicara politik. Jumlah ini meningkat dari tahun 2014 lalu yang hanya 17 persen.

Baca Juga

"Mereka yang menyatakan sekarang warga takut karena penangkapan semena- mena oleh aparat hukum juga naik dari 24 persen pada 2014 jadi 38 persen tahun ini," tutur Hanan saat pemaparan hasil survei LSI bertajuk "Tantangan Intoleransi dan Kebebasan Sipil serta Modal Kerja pada Periode Kedua Pemerintahan Joko Widodo" pada Ahad (3/11).

Masih berdasarkan hasil survei LSI, ada 21 persen res pon den menganggap warga sekarang takut berorganisasi. Angka ini naik 11 persen dari tahun 2014 lalu yang berada pada angka 10 persen.

Peningkatan ketidak bebasan beragama juga mengalami peningkatan menurut pendapat responden. Pada periode pertama Presiden Jokowi lalu, ketidak bebasan hanya sekitar 7 persen. Saat ini angkanya meningkat menjadi 13 persen.

"Dalam hal kebebasan pers juga tampak belum menggembira kan. Ada yang beranggapan me dia tidak bebas dan disensor pemerintah, sebesar 38 persen," ujar Hanan. Melihat hasil survei ini, Hanan menyatakan kebebasan sipil yang menjadi fondasi demokrasi cenderung memburuk.

"Jika dirunut 10 tahun terakhir, tren sejumlah indikator kebebasan sipil di negara kita tampak mengalami kemunduran," ujarnya.

Selain soal kebebasan sipil, survei LSI juga menyoroti soal intoleransi di Indonesia pada awal pemerintahan Presiden Jokowi dalam periode kedua bersama Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Menurut Hanan, secara umum sejumlah indikator menunjukkan belum ada perbaikan dalam beragama dan berpolitik. Berdasarkan data LSI, dibandingkan tahun 2018 kemarin, pada 2019 ini kebebasan beragama dan berpolitik stagnan.

Survei LSI dilakukan pada periode 8 hingga 17 September 2019 dengan melibatkan 1.550 responden yang terpilih secara acak di seluruh Indonesia. Survei ini memiliki margin of error kurang lebih 2,5 persen, sedangkan tingkat kepercayaan surveinya mencapai 95 persen. (rizky suryarandika, ed:agus raharjo)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement