REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pasukan keamanan Irak menembak sedikitnya 13 pengunjuk rasa hingga tewas dalam waktu 24 jam belakangan. Setelah delapan orang dilaporkan tewas pada Senin (4/11), pasukan keamanan menembak mati sedikitnya lima orang lagi Senin malam dan Selasa pagi (5/11).
Satu orang terkena timah panas saat upacara pemakaman bagi seorang lain yang tewas beberapa jam sebelumnya. Lebih 260 orang Irak tewas dalam aksi-aksi unjuk rasa sejak permulaan Oktober menentang pemerintahan yang mereka nilai korup dan terikat pada kepentingan asing, terutama pada Iran.
Sebagian besar tewas dalam pekan pertama demonstrasi, ketika para penembak jitu menembak kerumunan massa dari atap-atap di Baghdad. Tetapi setelah pemerintah tampak memberlakukan penggunaan beberapa taktik yang mematikan, protes-protes merebak lagi dengan cepat dalam 10 hari belakangan ini.
Kekerasan baru itu terjadi sehari setelah Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi mengimbau para pemrotes agar menangguhkan aksi-aksi mereka. Mahdi mengatakan pengunjuk rasa sudah mencapai sasaran dan merusak ekonomi.
Ia mengatakan berniat mengundurkan diri jika para politikus setuju mengenai pergantian dan telah menjanjikan sejumlah reformasi. Tetapi para pengunjuk rasa mengatakan hal itu tidak cukup dan seluruh kelompok politik harus mundur.